Menempati area booth 4x lebih besar, lebih dari 400 karya seni akan ditampilkan dalam satu instalasi.

JAKARTA, Indonesia, 1 Oktober 2018 /PRNewswire/ — Badan Ekonomi Kreatif Indonesia (Bekraf), bekerja sama dengan Yayasan Design+Art Indonesia (YDAI), resmi mengumumkan seniman Indonesia terpilih yang akan tampil dalam Venice Art Biennale 2019, 11 Mei- 24 November 2019 mendatang. Setelah melalui proses kurasi yang ketat, proyek karya seni yang akan ditampilkan dalam ajang dua tahunan dunia paling bergengsi ini ialah instalasi seni interaktif bertajuk "Akal Tak Sekali Datang, Runding Tak Sekali Tiba." Karya ini merupakan kolaborasi unik dari sejumlah kurator dan seniman terbaik di Indonesia, antara lain kurator Asmudjo Jono Irianto, co-curator Yacobus Ari Respati, dan seniman Handiwirman Saputra dan Syagini Ratna Wulan.

Para seniman, kurator, perwakilan BEKRAF dan YDAI berfoto bersama setelah konferensi pers pada 28 September 2018 di Grand Kemang Hotel

"Kekuatan proposal ini terletak pada gagasan untuk melakukan refleksi kritis atas seni rupa kontemporer global, permainan kepentingan para pelakunya yang mencakup politik dan sosial, ekonomi, serta persepsi publik umum terhadapnya," ujar Ketua Juri, pematung ternama, Dolorosa Sinaga.

Sebagai tim yang terpilih, mereka akan memamerkan karya seninya pada area booth "Indonesia Pavilion" berukuran 340 m² di Kawasan Arsenale, Venice. Area booth tersebut jauh lebih besar, meningkat 4x lipat dari tahun sebelumnya yang hanya seluas 70 m². "Dalam biennale ini, kami akan menampilkan 400 loker interaktif, yang masing-masing menceritakan sejarah dan budaya lokal Indonesia. Kami sajikan pengalaman istimewa kepada setiap pengunjung, dimana mereka bisa menyaksikannya dalam sebuah wahana seni yang interaktif. Ini adalah cara kami untuk menginterpretasi adegan seni dalam geliat permainan politik dan sosial ekonomi yang terjadi terus menerus," ungkap Asmudjo Jono.

Area fokus yang juga menjadi dasar penilaian dalam proses seleksi ini ialah gagasan inovasi dalam seni kontemporer, eksekusi visual yang menarik, kerja sama tim yang kolaboratif, kelayakan karya seni kontemporer untuk ditampilkan ke ranah internasional, hingga kemampuan tim untuk mewujudkan karya sesuai dengan proposal yang diajukan.

Jim Supangkat, kurator senior yang juga berperan sebagai juri mengungkapkan, "Kami tidak lagi menampilkan satu seniman untuk mempromosikan karyanya di biennale. Karenanya, tidak seperti tahun sebelumnya, setiap finalis akan hadir dalam bentuk tim untuk berdiskusi dan mengelaborasikan citra Indonesia secara utuh dalam rana seni kontemporer. Dengan cara ini, kami harap bisa mempromosikan Indonesia secara menyeluruh, dengan potensinya yang terus berkembang di era seni kontomporer yang terus bertumbuh." Seleksi ini juga melibatkan tiga juri lain, di antaranya kurator Nirwan Dewanto; dan akademisi I Bambang Sugiharto dan St. Sunardi.

Proses seleksi Indonesia Pavilion untuk Venice Art Biennale 2019 sudah dimulai sejak Februari 2018. Setelah melewati proses forum group discussion (FGD), Bekraf dan YDAI mengajukan 60 nama kurator dan seniman Indonesia untuk selanjutnya diseleksi menjadi 23 kandidat. "Kami ajak mereka untuk membentuk tim, lalu mempresentasikan proposal karya seninya yang inovatif. Dari 23 kandidat ini, terpilih dua finalis, satu di antaranya akan kami sertakan dalam ajang seni internasional lainnya dalam waktu dekat," tambah Diana Nazir, Pendiri dan Direktur Artura, perusahaan yang menaungi Yayasan Design+Art Indonesia.

Selain "Akal Tak Sekali Datang, Runding Tak Sekali Tiba," kelima juri juga memilih proposal instalasi "Synthetic Estate," sebuah proyek seni interaktif bertajuk teknologi, hasil inisiatif kelompok seniman TROMARAMA, seniman Riar Rizaldi dan Natasha Gabriella Tontey, serta curator Bob Edrian Triadi.

Venice Art Biennale (VAB) merupakan ajang seni tertua dan paling bergengsi di dunia, yang selama lebih dari seabad sudah memainkan peranan penting dalam kancah seni dan budaya internasional. Sejak tahun 2017, Bekraf dan YDAI telah menunjukkan dukungan besarnya, dengan membawa seni Indonesia ke ajang biennale paling bergengsi di dunia ini selama dua tahun berturut-turut.

Informasi lebih lanjut, kunjungi https://www.labiennale.org/en/art/2019/information

Tentang Bekraf

Badan Ekonomi Kreatif Indonesia (Bekraf) adalah Lembaga pemerintah non-Kementerian yang bertanggung jawab di bidang ekonomi kreatif. Saat ini, Kepala Bekraf dijabat oleh Triawan Munaf. Bekraf memiliki tugas membantu Presiden RI dalam merumuskan, menetapkan, mengkoordinasikan, dan sinkronisasi kebijakan ekonomi kreatif di bidang aplikasi dan game developer, arsitektur, desain interior, desain komunikasi visual, desain produk, fashion, film animasi dan video, fotografi, kriya, kuliner, musik, penerbitan, periklanan, seni pertunjukan, seni rupa, dan televisi dan radio.

Tentang YDAI

Yayasan Design + Art Indonesia (YDAI) adalah sebuah yayasan yang diprakarsai oleh berbagai disiplin ilmu dan pengalaman. Visi yayasan adalah industri kreatif yang berkembang dan kuat di Indonesia, dengan fokus pada kualitas sumber daya manusia dan melimpahnya seni dan budaya Indonesia.

Kontak Media:

Mariaman Purba
Kepala Biro Hukum dan Komunikasi Publik
Badan Ekonomi Kreatif Indonesia (Bekraf)
+62-813-17506456
mariaman.purba@bekraf.go.id

Foto – https://photos.prnasia.com/prnh/20180928/2251684-1