Demi Suara, Sandiaga Dekati Kelompok Islam Radikal

- Pewarta

Rabu, 12 Desember 2018 - 16:05 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Oleh : Muh. Nawawi (Mahasiswa UB, alumni Ponpes Sidogiri)

Deliknews.com – Memasuki masa kampanye, berbagai kegiatan dilakukan oleh pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden. Mulai dari blusukan, sowan ke para sesepuh, para ulama, dan tokoh masyarakat, dan lain sebagainya.

Ada Capres/Cawapres yang baru melakukan kegiatan blusukan ketika kampanye, ada juga yang memang sudah lama dan rutin melakukan kegiatan menyapa wong cilik di daerah-daerah. Ada Capres/Cawapres yang baru melakukan kegiatan sowan ke ulama, tokoh masyarakat, ziarah makam wali ketika kampanye, ada juga yang memang sudah lama dan rutin melakukan kegiatan silaturahmi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Tentu kita sebagai masyarakat semestinya tahu, mana yang pencitraan, mana yang tenanan. Sandiaga Uno, pengusaha, insan bisnis, mana pernah kemarin-kemarin blusukan ke pasar tradisional.

Sandi pernah berkata bahwa uang Rp 50 ribu tidak dapat apa-apa, ya iya lha wong Sandi belanja ke swalayan. Mana pernah Sandi ke pasar tradisional. Prabowo Subianto, orang yang sangat tegas dengan wartawan, suka menolak wawancara. Sehari-hari tinggal di puncak bukit Bojong Koneng, Jawa Barat, merawat kuda dan aset tanah hadiah miliknya. Mana pernah Prabowo sowan ke ulama. Baru-baru ini saja.

Umat Islam memang menjadi sasaran kampanye yang cukup empuk. Kubu Prabowo-Sandi yang tidak memiliki background Islam yang kuat, memaksakan diri untuk mencari dukungan dari tokoh-tokoh Islam dengan harapan memperoleh banyak suara dalam Pilpres 2019. Berkat lobi-lobi politiknya, Sandi akhirnya secara instan mendapat gelar ulama dari temannya sendiri sesama pemain politik. Padahal menyandang gelar ulama merupakan sebuah tanggung jawab moral yang besar.

Bahkan Prof. Quraisy Syihab tidak mau disebut dirinya ulama karena sebutan ulama terlalu mulia baginya. Tak tahu malu Sandi.

Mau tak mau Sandi mulai bermanuver politik dengan mendekati ulama-ulama radikal. Kenapa ulama radikal? Karena Sandi tahu bahwa ulama garis lurus akan mendukung Kyai Ma’ruf di kubu Jokowi pada Pilpres mendatang.

Ulama garis lurus pasti akan memilih orang yang benar-benar memiliki iman dan ilmu agama tinggi seperti Kyai Ma’ruf, bukan ulama instan Sandiaga Uno. Terlebih Sandi merupakan lulusan sekolah non muslim. Tanpa menyudutkan agama lain, tingkat keislaman dan keimanan Sandi patut dipertanyakan.

Ulama radikal yang kelompoknya mendapat penolakan dari sebagian umat Islam mulai mencari perlindungan dengan mengabdi pada pasangan Prabowo-Sandi. Salah satu caranya adalah nurut dan menjanjikan dukungan terhadap Sandi pada Pilpres 2019. Karena kelompok radikal tahu bahwa Sandi kurang dalam hal pendirian dan ilmu agama dan politik.

Bahkan Sandi memberi hormat pada Ismail Yusanto, pentolan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI). Kelompok radikal seperti HTI sudah merapat ke kubu Sandi guna mencari perlindungan karena telah dilarang oleh Pemerintah, dengan harapan jika nanti Sandi terpilih maka kelompok tersebut akan dilegalkan.

Manuver politik Sandi ini mendapat kritik dari sebagian besar masyarakat. Di mana pun, kelompok radikal tidak boleh berkembang bahkan ikut dalam urusan politik negara.

Kelompok radikal yang tidak toleran akan menebarkan kebencian terhadap sesama umat. Hal ini sangat berlawanan dengan prinsip hidup Bangsa Indonesia yang mengedepankan toleransi dan menghargai perbedaan. Para pemimpin negara muslim dunia setelah berkunjung ke Indonesia selalu berpesan, “Jaga keberagaman ini”. Mereka tidak ingin Indonesia hancur seperti negara-negara Arab karena radikalisme dan intoleransi.

Masyarakat saat ini sudah lebih cerdas. Analisa-analisa ringan dari bapak-bapak di warung kopi dan di arisan ibu-ibu sudah dapat menyimpulkan bahwa Sandi dalam kampanyenya mencoba menggandeng kelompok Islam radikal. Mencoba memecah belah Bangsa Indonesia untuk kepentingan politik semata. Mata dan hati rakyat sudah terbuka, jangan mau dibodohi.

 

Berita Terkait

KPK Diminta Periksa Temuan BPK Pengadaan Benih, Pupuk dan Alsintan Kementan Rp1,3 Triliun, Termasuk Indikasi Pemahalan Belanja
Terungkap Dugaan Proses Terbalik Proyek BTS 4G Bakti Kominfo, Survei Lokasi Dilakukan Setelah Kontrak
Ternyata Sejak Awal Proyek BTS 4G Bakti Kominfo Terindikasi Praktik Bisnis Tidak Sehat Pengadaan Jasa Konsultan
Rincian Biaya Proyek BTS 4G yang Ditangani Kejagung
BPK Temukan Indikasi Kerugian Besar Biaya Angkut Pengadaan Minyak Mentah
Audit Kemendesa PDTT, BPK Temukan Belanja Fullboard Tidak Diyakini Rp1,8 Miliar
Dugaan Perjalanan Dinas Kemendikbudristek Tanpa Bukti Riil Rp20 Miliar, Termasuk Ditjen Diktiristek Rp15 Miliar
BPK: Pengadaan Jasa Konsultan di Kemenko Perekonomian Rp3 Miliar Tidak Sesuai Ketentuan, Mengarah Kepada yang Akan Dipilih

Berita Terkait

Sabtu, 30 September 2023 - 22:48 WIB

Dandim 1621/TTS Hadir Dalam Acara Maulid Nabi Muhamad SAW Di Masjid Agung Al Ikhlas So’e

Sabtu, 30 September 2023 - 20:57 WIB

KPK Diminta Periksa Temuan BPK Pengadaan Benih, Pupuk dan Alsintan Kementan Rp1,3 Triliun, Termasuk Indikasi Pemahalan Belanja

Jumat, 29 September 2023 - 20:13 WIB

Polemik Tender RS Surabaya Timur, Yusuf Husni: Sejak Kapan Kejaksaan Punya Kewenangan Memutuskan Perkara?

Jumat, 29 September 2023 - 15:35 WIB

Terungkap Dugaan Proses Terbalik Proyek BTS 4G Bakti Kominfo, Survei Lokasi Dilakukan Setelah Kontrak

Kamis, 28 September 2023 - 21:51 WIB

Praktisi Hukum Minta Lelang RS Surabaya Timur Dievaluasi, Ada Fakta Hukum Yang Disembunyikan

Kamis, 28 September 2023 - 08:42 WIB

Ternyata Sejak Awal Proyek BTS 4G Bakti Kominfo Terindikasi Praktik Bisnis Tidak Sehat Pengadaan Jasa Konsultan

Rabu, 27 September 2023 - 23:12 WIB

Tim Tabur Kejari Surabaya Tangkap Salim Lays di Balikpapan

Rabu, 27 September 2023 - 21:26 WIB

Tabrak Kapolsek Benowo Saat Razia, Dinar Aji Dituntut 3 Tahun Penjara

Berita Terbaru