Jakarta – Peningkatan aktivitas Gunung Anak Krakatau (GAK) di Selat Sunda, masih mematik kekahawatiran warga yang tinggal di Pulau Sebesi dan Sebuku, Lampung. Para warga di dua pulau terdekat dari Gunung Anak Kratakau tersebut pun memilih untuk mengungsi sementara waktu.
Salah seorang warga Pulau Sebesi, Sulaiman (63 tahun) menjelaskan suara letusan pada Gunung Agung Krakatau terjadi terus menerus bahkan setiap menit dengan dibarengi adanya suara petir.
"Suara letusan GAK itu, pokoknya terus menerus mas dan suaranya sangat keras sekali terdengarnya dari tempat tinggal saya," ujarnya, saat tiba di Dermaga Canti usai dievakuasi oleh Tim SAR gabungan, Selasa (25/12).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Diketahui, Gunung Anak Krakataumulai menunjukkan aktivitasnya mulai Juni 2018 lalu. Bahkan aktivitasnya, terus berfluktuasi selama enam bulan terakhir. Peningkatan aktivitas erupsi juga sempat terpantau tinggi, yakni pada September dan Oktober 2018 lalu.
Gelombang tsunami yang menghantam, kawasan pesisir Lampung Selatan dan Anyer, Banten pada Sabtu 22 Desember 2018 malam lalu, ditengarai akibat adanya aktivitas erupsi GAK.
Longsoran material kelaut itulah yang disinyalir menimbulkan adanya gelombang tinggi dan memporak-porandakan ratusan rumah yang ada di wilayah pesisir lampung Selatan serta Anyer, Banten.
[zombify_post]