Jakarta – Anggota DPR-RI menenggarai LRT Palembang mengalami kerugian besar pada operasionalnya, kerugian itu, lantaran tidak sebanding dengan pendapatannya yang hanya Rp500juta per bulan, dengan asumsi 5.000 penumpang.

Seperti diungkapkan Bambang Haryo Soekartono, anggota Banggar dan komisi V DPR-RI, bahwa LRT Palembang tidak semestinya di Subsidi, karena tidak membawa efek untuk publik.

Apalagi menurut Bambang, bahwa LRT Palembang ini sebenarnya merugi sejak dioperasikan 7 bulan lalu. Pengeluaran listrik perbulan mencapai Rp4,5 Milyar lebih dengan asumsi 4.8 MW per hari Rp151 juta, untuk itu menurutnya, LRT rugi.Katanya

Menanggapi hal itu, jawaban mengejutkan datang dari Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi, karena penasaran, dia melakukan pengecekan langsung ke LRT Palembang, Senin kemarin.

“Istilah untung rugi dalam pengoperasian lintas rel terpadu (LRT) Palembang, Sumatra Selatan. Menurut Budi, apapun keadaannya skema subsidi dalam pengoperasian LRT Palembang tetap dilakukan. Katanya

Konsep angkutan massal di seluruh dunia manapun, kata Budi, itu mau di Singapura, Malaysia, Jepang, Amerika Serikat, semua disubsidi. Jadi tidak ada yang namanya untung rugi,” kata Budi.

Budi mengatakan Singapura harus mengeluarkan jutaan dolar untuk mensubsidi pengoperasian angkutan massal. Begitu juga Indonesia, lanjut dia, pemerintah mensubsidi sekitar Rp 1,2 triliun untuk kereta rel listrik (LRT) sehingga harga tiket hanya tiga ribu rupiah sampai lima ribu rupiah.

Dia menambahkan jika pemerintah mau cari untung dari LRT Palembang maka penetapan harga tiket tidak seperti saat ini.

“Kalau mau untung pemerintah bisa saja tetapkan Rp 15 ribu sampai Rp 25 ribu tapi nanti masyarakat jadi tidak mampu,” jelas Budi.