Palembang – Masyarakat Palembang, Sumatera Selatan tidak pernah mengusulkan adanya kereta ringan cepat atau light rail transit (LRT) di daerah itu.
Ini karena sejumlah warga tidak tau menahu siapa yang mengusulkan, lantaran baru tau saat mulai pembangunan pada 2015.
“Nggak pernah minta harus ada LRT, tiba-tiba kaget ada pembangunan LRT, menurut informasi LRT ini untuk Asian Games” Kata Kartika, warga Palembang Sumsel, Rabu (13/3).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Ditanya soal hutang di LRT Palembang, dia mengaku jika dibebankan ke masyarakat pastinya tidak ada yang mau membayar. Ucapnya.
Sementara, Siti, salah satu warga mengaku agak kesulitan jika naik LRT , karena begitu turun dari LRT, dirinya masih harus berjalan kaki sejauh 300 meter untuk mendapat transportasi umum ke rumah. Katanya di Stasiun Jakabaring.
Terpisah, Bambang Haryo Soekartono anggota komisi V DPR-RI menyatakan LRT Palembang ini merupakan moda transportasi yang gagal, karena tidak melibatkan LITBANG dan biro perencanaan hingga akhirnya tak diminati warga.
“Pembangunan LRT ini, tidak melalui mekanisme kajian teknis dan ekonomis, sehingga tidak diminati, akhirnya Ada kerugian, akibat daripada itu, jangan sampai kerugiannya dipikul seluruh rakyat Indonesia”Kata Bambang Haryo,Rabu (13/2)
Sebagai wakil rakyat Surabaya-Sidoarjo, anggota fraksi Gerindra ini bertekad untuk melindungi warga didaerah itu agar tidak ikut berkontribusi di LRT Palembang.
“Jika kerugian LRT ini ditanggulangi negara, sama artinya rakyat di Surabaya dan Sidoarjo (konstituen Bambang Haryo )juga ikut kontribusi membayar hutang dan kerugian LRT, mereka juga turut andil, maka itu dengan tegas kita tolak hutang dan subsidi LRT dibayar Negara, melainkan ke Pemda Sumsel” Tandasnya
Sekedar diketahui, LRT Palembang dibangun oleh PT Wira Karya dengan total Rp 10,9 Triliun, anggaran itu didapat dari China development Bank (CDB) dan konsorsium BUMN China-Indonesia.
LRT Palembang berjalan melalui rel-kereta-layang tanpa balast dengan lebar sepur 1.067 mm, yang membentang sepanjang 23,4 kilometer (14,5 mi) dari Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II di ujung barat menuju Depot OPI di ujung timur. Teknologi persinyalan kereta ini menggunakan metode sinyal fixed-block, dengan dilengkapi peralatan rel ketiga.
LRT Palembang memiliki 13 stasiun dan 1 depot, jalur pada LRT Palembang tidak tetkoneksi ke Pasar Rakyat dan Pelabuhan, namun hanya terhubung ke Bandara, Mall dan Jakabaring Sport center.