SUKOHARJO – Tumpukan gitar memenuhi halaman rumah-rumah penduduk kala memasuki wilayah kampung Kembangan, Desa Mancasan, Kecamatan Baki, Kabupaten Sukoharjo.

Gitar-gitar itu diletakkan berjajar tak hanya di halaman rumah, namun juga pinggir-pinggir jalanan kampung.

Hampir di tiap rumah terlihat aktivitas warga dari mencetak potongan kayu, mengamplas hingga proses pengecetan. Seolah mereka tak mengenal hari libur, para warga tetap beraktivitas memproduksi gitar.

Seperti yang dilakukan Sumadi Seng (46). Dibantu anaknya Santosa (23), mereka tengah memproduksi satu per satu gitar.

Santosa mengamplas bahan kayu tripleks dengan menggunakan alat, sedangkan Sumadi Seng merapikan hasil cetakan yang telah membentuk gitar.

lndustri kecil rumahan dalam pembuatan gitar ini merupakan warisan turun temurun pengusaha Sumadi Seng yang sudah digelutinya sejak 30 tahun silam.

“Selama 30 tahun lebih sudah memproduksi gitar. Produksi gitar ini yang kita buat jenis gitar akustik,” ujarnya baru-baru ini.

Sama halnya bisnis industri kecil lain, produksi gitar miliknya juga mengalami pasang surut. Kondisi ini dipengaruhi berbagai faktor, salah satunya permintaan konsumen dan pemasaran. Menurutnya belum banyak pengrajin gitar di wilayah Mancasan yang melek teknologi.

Sehingga masih tak mengandalkan media sosial sebagai sarana promosi para pengrajin gitar. Meski demikian produksi gitar miliknya telah dipasarkan hingga ke wilayah luar Pulau Jawa, seperti Medan, Kalimantan, dan lainnya.

“Sebenarnya kami ingin pemasaran sampai ke luar negeri. Namun ternyata bahan baku kayu yang digunakan tidak tahan dengan cuaca di negara lain,” keluh pengusaha Sumadi Seng.

“Karena saya pernah kirim ke Arab Saudi, sampai sana barang sebagian besar rusak,” imbuhnya.

Dalam sepekan dia mampu menghasilkan dua hingga empat gitar. Dengan harga gitar akustik yang dibanderol dari harga Rp350.000 hingga jutaan rupiah. “Tidak mudah membuat gitar. Harus ada feeling dan nada yang dihasilkan sangat baik,” pungkas Sumadi Seng.