Ambon – Gempa bumi dengan kekuatan magnitudo 6,8 yang mengguncang wilayah Maluku pada Kamis (26/9) tercatat memakan korban meninggal dunia sebanyak 19 orang.

Korban meninggal tertinggi teridentifikasi berada di Kabupaten Maluku Tengah sejumlah 10 orang, di Kota Ambon berjumlah 7 orang dan Seram Bagian Barat 2 orang. Sebelumnya BNPB menginformasikan jumlah korban meninggal sebanyak 23 orang. Kesalahan terjadi saat identifikasi nama korban yang sebetulnya merujuk pada korban meninggal yang sama.

“Total meninggal dunia jadi 19 korban,” ungkap BNPB melalui keterangan pers, Sabtu (28/9)

Selain itu, BNPB mencatat ada lebih dari 100 orang mengalami luka-luka. Rinciannya, lebih dari 100 korban luka di Desa Liang, lima korban luka di Kota Ambon dan satu korban luka di Desa Waisama.

Adapun kerugian materi akibat dampak gempa di Maluku, ada 171 unit bangunan yang terdiri dari sektor perumahan, fasilitas pendidikan, tempat peribadatan, perkantoran dan fasilitas umum lainnya. Salah satunya beberapa bangunan di Universitas Pattimura dan Kampus Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ambon.

“Kerugian materi sebanyak 59 bangunan rusak berat, 45 rusak sedang dan 67 rusak ringan,” tulis BNPB.

Sementara itu, sekitar 15 ribu warga tercatat masih mengungsi guna mengantisipasi gempa susulan. Kebanyakan dari mereka juga mengungsi karena bangunan rumahnya rusak akibat gempa.

Untuk itu, BNPB mengaku sejumlah kebutuhan pokok masih dibutuhkan untuk para pengungsi, baik itu pangan dan non pangan. Untuk kebutuhan pangan dibutuhkan makanan bayi sebanyak 120 paket, makanan dan minuman 20 ribu paket, obat-obatan serta makanan siap saji.

Untuk kebutuhan non pangan, yang dibutuhkan yaitu terpal sebanyak 30 ribu lembar, tenda keluarga sebanyak 20 buah, selimut 20 ribu lembar, matras 5 ribu lembar, tikar 10 ribu lembar, alat penerangan 20 ribu buah, popok bayi, pembalut wanita, tandon air serta fasilitas mandi, cucu, kakus (MCK).

“Juga dibutuhkan pendekatan trauma healing bagi pengungsi anak dan remaja,” demikian BNPB.