Jakarta – Dua mahasiswa tewas di Kendari, mereka tertembak peluru tajam secara misterius. Tewasnya dua mahasiswa itu mengingatkan kita pada tragedi Petrus.
Masih ingat Petrus? ya, Penembakan misterius dalam operasi rahasia dari Pemerintahan Suharto pada tahun 1980-an untuk menanggulangi tingkat kejahatan tingkat tinggi.
Pada tahun 1983 tercatat 532 orang tewas, 367 orang di antaranya tewas akibat luka tembakan. Pada Tahun 1984 ada 107 orang tewas, di antaranya 15 orang tewas ditembak. Tahun 1985 tercatat 74 orang tewas, 28 di antaranya tewas ditembak.
Menyikapi Petrus di Kendari, Kapolri Jenderal Tito Karnavin membentuk tim khusus untuk mengusut kasus penembakan terhadap mahasiswa di Kendari, Sulawesi Tenggara.
Direktur Eksekutif Lemkapi Edi Hasibuan di Jakarta,meminta Polri segera menemukan Pelaku penembak mahasiswa di kendari.
“Kami berpandangan, tim ini begitu penting untuk mengusut siapa yang melakukan pemembakan terhadap mahasiswa,” kata Edi.
Mantan anggota Kompolnas ini menerangkan sejak awal Kapolri sudah memerintah seluruh jajaran polisi tidak diizinkan menggunakan senjata api baik itu berpeluru karet atau peluru tajam.
Pihaknya meminta semua pihak sabar menunggu tim dari lapangan.Siapa saja yang melakukan penembakan terhadap mahasiswa tidak dapat dibenarkan.
“Kami berpandangan semua pertanyaan ini bisa dijawab tim yang beranggotakan para pengawas internal dan tim puslabfor ini,” ungkap pakar hukum kepolisian dari Universitas Bhayangkara Jakarta ini.
Edi berkeyakinan tim khusus bentukan Kapolri ini akan berhasil mengungkap siapapun pelaku penembakan misterius terhadap mahasiswa tersebut.
“Siapapun yang terbukti terlibat menembak mahasiswa harus diproses dan diberikan hukuman tegas,” pungkasnya.
Sebelumnya, Kabid Humas Polda Sulawesi Tenggara, AKBP Harry Goldenhardt menepis tudingan kepemilikan peluru yang menewaskan La Randi (21), berasal dari pihak kepolisian. Dalam pernyataannya, dia menegaskan, sampai hasil visum keluar baru ada kepastian soal peluru yang menembus dada bagian kanan.
Dia menyatakan, mahasiswa korban penembakan ini dibawa ke RSUD Bahteramas Kendari. Kemudian dilanjutkan dengan perawatan.
“Kami sudah bertemu keluarga korban, mereka sudah mendapatkan informasi, sudah mendapatkan informasi yang jelas,” ujar Harry Goldenhardt.
Dia juga menegaskan, polisi tak dibekali peluru tajam dan peluru karet saat bertugas. Dia juga memastikan, polisi tidak keluar dan hanya bertahan dalam lingkungan kantor DPRD saat terjadi aksi demonstrasi.
“Anggota kami tidak ada yang melakukan kegiatan responsif dan eksesif. Tadi bisa dilihat tidak ada gerakan eksesif,” ujar Goldenhardt.
Dia menegaskan, anggotanya tidak dibekali peluru tajam dan karet. Namun, hanya dibekali dengan tameng, tongkat, gas air mata, dan water canon.
“Sekali lagi kami tegaskan, tidak dibekali peluru karet, anggota kami sudah kami kumpulkan sebelum ke lapangan,” dia menambahkan.