Kerjasama strategis antara 2 anak perusahaan BUMN terbesar Indonesia, PT Pertamina Power Indonesia (PPI) dan PT Indonesia Power (IP) sepertinya langsung berbuah manis. Kedua perusahaan ini berencana melakukan pembentukan perusahaan patungan atau Joint Venture dan Operation & Maintenance (O&M) proyek IPP Jawa-1.
Kamis pekan lalu, dua CEO perusahaan ini telah bertemu dan menyepakati strategic partnership di bisnis kelistrikan. Kerjasama ini tak semata di bidang O&M melainkan juga bersama-sama menjadi pengembang IPP berbasis gas/LNG dan energi baru terbarukan, baik untuk di dalam maupun luar negeri.
Beredar info bahwa kesepakatan ini untuk memastikan bisnis kelistrikan di Indonesia merupakan teknologi yang sepenuhnya harus mampu ditangani anak bangsa. “IP sudah menunjukkan bahwa mereka mempunyai pengalaman dalam O&M pembangkitan,” ujar sumber.
Untuk kerjasama PPI dan IP seputar O&M IPP Jawa 1 nampaknya bakal mulus. Selain karena PPI menjadi pemimpin konsorsium, proyek pembangkit listrik sebesar 1.760 MW ini memakai teknologi terkini dari General Electric (GE), yaitu 9HA.02, teknologi serupa dengan proyek pembangkit Tambak Lorok di mana IP juga merupakan owner dan sekaligus operator proyek berkapasitas 800 MW.
Sebagai pemanis bagi IP, PPI juga mengajak anak usaha PT PLN (Persero) ini sebagai O&M proyek pembangkit listrik PPI di Bangladesh yang berkapasitas 1.200 MW. “Tak cuma itu, ada kemungkinan IP dimasukkan sebagai anggota konsorsium dalam pembangunan IPP di Bangladesh,” bisik sang sumber.
Informasi ini masuk akal karena rencana masuknya IP dalam konsorsium PPI di Bangladesh sudah dibahas saat IP masih dipimpin oleh Sripeni Inten, yang saat ini menjadi PTH Direktur Utama PLN.
Langkah-langkah strategis dan taktis yang dilakukan oleh PPI memang selalu mengejutkan industri kelistrikan Indonesia. Masuknya Pertamina ke bisnis kelistrikan (melalui PPI) sempat disalahartikan publik sebagai ajang persaingan baru antara Pertamina dan PLN.
Namun, Ginanjar, President Director dan CEO PPI menegaskan bahwa PPI tidak pernah dalam posisi bersaing dengan IP dan juga anak-anak perusahaan PLN lainnya. “Please, itu teori-teori kolonialisme dan devide et Impera (adu domba), teori imperialisme. Di Indonesia, kita adalah suplementary PLN dan kolaborator anak perusahaan PLN. Di dunia Internasional, kita tentunya akan selalu membawa expertise IP,” tegasnya.
Tinggalkan Balasan