Oleh : Dodik Prasetyo
Warga Natuna sebaiknya tidak perlu cemas terhadap observasi WNI dari China . Selain telah melalui prosedur pengamanan yang ketat, para WNI yang pulang dari China juga merupakan saudara sebangsa yang saat ini dalam keadaan sehat.
Pesawat milik Batik Air yang bertolak dari Wuhan, China, telah mendarat di Bandara Hang Nadim Batam pada 2 Februari 2020, sekitar pukul 8.45 WIB. Pesawat berbadan lebar tersebut membawa sekitar 238 Warga Negara Indonesia (WNI) seiring merebaknya Virus Corona di negara tirai bambu.
Menurut Juru Bicara Presiden, Fadjroel Rachman, proses evakuasi kemanusiaan dan transit observasi ini berdasarkan Inpres No.4/2019 di bawah koordinasi Menkopolhukam dan Menko PMK. Selain itu, semua WNI yang dijemput dalam evakuasi kemanusiaan dipastikan semuanya dinyatakan sehat.
Kebijakan observasi WNI di Pulau Natuna ternyata mendapat penolakan dari masyarakat setempat. Pada 2 Februari 2020, Warga Natuna, melakukan demonstrasi di kawasan Pangkalan Udara (Lanud) Raden Sajad Saleh untuk menghadang WNI yang dipulangkan dari Wuhan, China. Selain berorasi, warga juga membakar ban sebagai simbol protes.
Sekilas, penolakan warga tersebut wajar dilakukan seiring pemberitaan masif tentang Virus Corona. Namun, penolakan tersebut muncul akibat dari ketidaktahuan masyarakat terhadap sejumlah fakta terkait evakuasi WNI dari China.
Dapat dipastikan bahwa semua WNI yang pulang ke Indonesia dalam keadaan sehat bugar tanpa adanya indikasi gejala Virus Corona.
Pemerintah China dan Indonesia telah memonitor secara ketat proses evakuasi ini, sehingga tidak ada warga yang terinfeksi Virus Corona dapat keluar dari Wuhan, China.
Pengawasan ketat tersebut tercermin dari tidak lolosnya 3 orang WNI yang gagal berangkat saat jadwal penjemputan WNI di Wuhan tiba. Padahal, tiga orang tersebut tidak terjangkit Virus Corona, namun kelelahan karena menunggu proses evakuasi.
Ketentuan ini merupakan peraturan Badan Kesehatan Dunia (WHO) yang menyatakan bahwa tidak diperbolehkan mentransportasikan orang yang tidak sehat dari Wuhan ke luar kota Wuhan.
Pemerintah Indonesia telah bekerja secara profesional dalam mengevakuasi WNI dari China.
Meskipun telah dinyatakan terbebas dari Virus Corona baik oleh Otoritas China dan Indonesia, WNI yang dievakuasi harus kembali di observasi selama 14 hari, sesuai prosedur yang telah ditetapkan oleh WHO.
Banyak pihak bahwa keberadaan Indonesia sebagai negara tropis menjadi sebuah keberkahan tersendiri.
Hal ini patut disyukuri mengingat Virus Corona ini cenderung berkembang di negara bersuhu dingin, seperti Wuhan yang memang suhu rata-ratanya hampir 10 derajat celcius, atau Prancis, atau Amerika Serikat yang sedang musim dingin. Oleh sebab itu, ada kemungkinan Virus Corona tidak dapat berkembang di Indonesia.
Pemilihan Natuna sebagai lokasi observasi bukan terjadi akibat permainan hitung kancing, namun melalui kajian mendalam. Pulau Natuna memiliki memiliki fasilitas rumah sakit yang dikelola dokter dari tiga matra angkatan, yaitu TNI AL, TNI AD, dan TNI AU.
Jarak landasan (runway) pangkalan militer ke RS tempat isolasi juga sangat dekat. RS tersebut mampu menampung hingga 300 pasien. Oleh sebab itu, Natuna menjadi lokasi yang paling ideal untuk dijadikan tempat observasi.
Bagaimanapun juga, Pemerintah telah optimal dalam melakukan evakuasi warganya. Para WNI yang saat ini diobservasi di Natuna adalah bagian dari tumpah darah Indonesia, saudara sebangsa dan senegara, serta bagian dari umat manusia. Mereka bukanlan teroris pengkhianat bangsa yang lari dari Indonesia untuk bergabung dengan ISIS di Suriah.
Sudah sepatutnya, masyarakat Natuna dan seluruh Indonesia untuk tidak mencemaskan observasi WNI di Natuna. Sungguh malunya kita sebagai sesama anak bangsa menolak proses observasi saudara-saudara kita yang saat ini sedang menghadapi cobaan. Sebagai sesama putra putri Indonesia, sudah sepatutnya untuk terus menguatkan rasa persaudaraan kita sebagai anak bangsa dan bahu membahu untuk berjuang dalam melewati berbagai ujian yang merintang.
Penulis adalah pemerhati sosial politik
Tinggalkan Balasan