Oleh: Friska Anastasia (Blogger)
Pulau Papua, tanpanya, tidaklah lengkap rasanya Nusantara ini. Kebaikan dan ketulusan hati orang-orangnya, keindahan alamnya, dan kekayaan tanahnya, menjadikan rasa syukur bagi bangsa Indonesia, atas berkah yang diberikan TUHAN ini.
Rasa syukur tersebut haruslah dibarengi dengan tindakan nyata, yaitu membangun dan mengembangkan daerahnya. Banyak usaha telah dilakukan oleh Pemerintah untuk mendorong percepatan pembangunan di Tanah papua. Salah satunya, adalah dengan adanya otonomi khusus (otsus) yang sudah dikucurkan sejak tahun 2002 hingga 2016 dengan total nilai sebesar Rp 47,9 triliun.
Bahkan untuk tahun 2020 ini, dana otsus yang siap digelontorkan pemerintah pusat adalah sebesar Rp 8,37 triliun. Selain itu, di target tahun yang sama, pemerintah juga mengalokasikan Dana Tambahan Infrastruktur (DTI) sebesar Rp 4,68 triliun.
Papua telah memiliki Peta Jalan Pertumbuhan Hijau dan kebijakan-kebijakan pendukung lainnya untuk mengarahkan pembangunannya secara berkelanjutan. Akan tetapi, kita semua harus terus ingat, bahwa tanpa penyiapan dan keterlibatan manusia lokalnya, maka uang yang banyak tersebut tidak akan ada artinya.
Oleh sebab itu, tulisan ini diharapkan akan menjadi pengingat, bahwa investasi pengembangan fisik dan pembangunan infrastruktur, serta pemanfaat sumber daya alam, harus juga dibarengi dengan penyiapan manusia, peningkatan kapabilitas, dan mendorong partisipasi aktifnya untuk ikut membangun.
Cerdas, karena Pemerintah Daerah Provinsi Papua dan Papua Barat mengalokasikan sebagian besar dananya, untuk pendidikan Putra dan Putri asli asal Bumi Cenderawasih ini. Banyak yang telah menempuh pendidikan hingga keluar Negeri, dan kembali berkarya di Indonesia.
Ada juga yang berkuliah di dalam negeri, dan ikut urun rembuk mengembangkan dirinya sambil aktif membangun daerahnya. Sebut saja orang-orang seperti: Yan Mandenas (Anggota DPR RI yang sangat Muda), Willem Wandik (Ketua Gamki dan Anggota DPR R), Fey Wakerkwa (Putri Asli Papua, anggota DPRD Provinsi Papua), Samuel Tabuni (Pendiri Yayasan Papua Language Institute).
Mereka adalah sebagian dari Pemuda dan Pemudi asli Papua yang telah ikut menyukseskan usaha Pemerintah dalam melakukan akselerasi Pembangunan di Tanah Papua.
Ada juga yang akhir-akhir ini, sering disebut namanya: Gracia Billy Mambrasar, putra asli Wilayah Adat Saireri, yang menjadi penggiat sosial, dan saat ini ditunjuk menjadi staf Khusus Presiden RI. Billy Mambrasar mendapatkan beasiswa studi mulai dari S1 di ITB dengan beasiswa Otonomi Khusus dari Pemerintah Provinsi Papua, Menyelesaikan pendidikan S2 di Australia dan lulus sebagai Mahasiswa dengan Penghargaan dari Rektor (Student of the Year), kemudian Melanjutkan Pendidikan S2 yang kedua di Oxford Inggris, dan berencana menyelesaikan studi doktoralnya di Amerika Serikat.
Pendiri yayasan “Kitong Bisa” ini, selepas berhenti bekerja sebagai seorang Insinyur di salah satu perusahaan Migas Inggris, memilih menjadi seorang pegiat Sosial. Dia mendirikan sebuah yayasan dengan fokus pada pembangunan kapasitas melalui pendidikan kewirausahaan dan Bahasa Inggris. Saat ini “Kitong Bisa” telah memiliki ratusan staf dan relawan yang menjalankan program di 6 titik belajar dan membina anak-anak Papua sebagai peserta didiknya.
Billy Mambrasar adalah satu dari banyak pemuda Papua yang telah mengecap pendidikan tinggi dan tidak melupakan Tanah Kelahirannya: Tanah Papua. Apresiasi dari pemerintah pusat diperoleh oleh Billy, di mana ia pernah dinobatkan menjadi Duta Pembangunan Berkelanjutan pada 2019, oleh Menteri Bappenas, dan saat ini sedang menjalankan tugas sebagai Staf Khusus Presiden RI.
Masih banyak lagi Putra dan Putri Papua lain dengan segudang Prestasi dan karya nyata, ikut membangun Indonesia. Semoga mutiara-mutiara Nusantara dari seluruh Indonesia, akan juga ikut bangkit dan membuat Tanah Surga ini berbangga.
Tinggalkan Balasan