Muba – Terkait ribuaan ikan mati disepanjang aliran sungai Musi beberapa hari kemarin sampai saat ini di duga efek dari zat gas beracun. Hasil penelusuran Lembaga Gerakan Masyarakat Peduli Lingkungan dan Hutan (LEGMAS PELHUT) Kab Muba, paska banjirnya sungai Musi beberapa waktu lalu, Selasa (23/4/20).
Hulu sungai Musi 2 hari kemarin menguap hingga mengeluarkan zat atau racun yang mencemari sungai. Dampaknya ribuan ikan yang ada di sepanjang lintasan air beracun tersebut mati. Hingga saat ini masih terus mengalir bahkan sudah di desa Ngulak sanga desa air sungai Musi masih tercemar dan menyebabkan ikan mati.
Ketua Legmas Pelhut Kab Musi Banyuasin prihatin atas kejadian itu dan menghimbau agar masyarkat yang bermukim dipinggiran sungai Musi untuk tidak mengkonsumsi dan menggunakan air sungai Musi untuk sementara ini. Karena itu akan membahayakan kesehatan, dengan kejadian ini kita akan berkoodinasi dengan pihak DLH kab Muba agar mengambil semple air untuk ditelitih kandungan apa yang menyebabkan ikan mati.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Informasi yang didapat sementara, kejadian ini memang kerap terjadi hanya waktunya bisa satu tahun bahkan lebih tergantung kekuatan gunung Bererang yang ada dihulu sungai Musi dan masyarakat tidak merasa asing atas kejadian hal ini, bahkan senang karena mandapat ikan dengan cara muda.
Diungkapkan Maimunah (49) warga Muara Kelingi, “kalu ini namanya kutubean yung (dengan logad bahasa daerah Musi) menurutnya kejadian ini sudah sejak saya masih SD dulu bahkan biasanya ini terjadi satu atau dua tahun ini pasti terjadi. Kami tidak heran lagi”, ungkapnya, sambil memegang alat tangkap ikan sederhana yang sering disebut (sanggi. Pesap, jale, langgian. Serampang).
Begitu juga menurut yang akrab dipanggil Sukni (51) warga desa Lubuk Pauh kec. BTS Ulu Mura. Kalau ini memang ada musimnya. Saya ingat waktu masih sekolah dulu (SD) hampir setiap tahun terjadi ikan mabuk di sungai Musi ini, kami merasa senang karena saat air ada racunnya itu lewat dusun kami (lubuk pauh) semua masyarakat turun kesungai Musi bekarang.
“Kami menyebutnya itu kutubeaan tetapi kami sebelum sampai melintas kedusun warga sudah tau kalau airnya tidak bisa dikonsumsi selama sampai tiga hari. Kami terpaksa mengambil air sungai kecil yang terdekat”, tutupnya. (Hadi)