NGAWI – Secara popularitas, pasangan Ony Anwar dan Dwi Rianto “Antok” Jatmiko memang sudah tidak terbantahkan lagi.
Menurut hasil survei, kedua tokoh politik muda asli Ngawi itu tingkat kepopulerannya mampu mencapai 90 persen lebih. Tapi, dibalik itu mungkin banyak yang tidak tahu latar belakang dan alasan mereka memilih terjun ke dunia politik.
Calon Bupati Ngawi Ony Anwar mengaku sebelum masuk ke dunia politik sempat bekerja di PT Widodo Griya Kencana di Yogyakarta. Pekerjaan itu dia tekuni selepas menyelsaikan kuliahnya di Fakultas Teknik UII Yogyakarta.
Lalu, pada tahun 2010 dia diminta pulang oleh ayahnya yakni dr. Harsono, Bupati Ngawi Periode 2000-2010. ‘’Waktu itu bapak menyodori nama-nama calon wakil bupati yang akan mendampingi Pak Kanang (Budi Sulistyono), tapi nama saya justru tidak ada,’’ ungkapnya.
Pada masa itu, Budi Sulistyono yang awalnya sebagai wakil bupati mengajukan diri sebagai calon bupati Ngawi pada pilkada 2010. Kanang sempat menolak semua nama yang disampaikan oleh Harsono. Ketika itu, Kanang hanya mau maju di pilkada jika wakilnya Ony Anwar sendiri.
‘’Akhirnya saya dipaksa pulang, dan dijelaskan semuanya,’’ kenang suami dr. Ana Mursyida itu.
Ony juga tidak langsung mengiyakan permintaan menjadi cawabup. Alasannya sudah terlanjur asyik bekerja dan belum memahami sama sekali tentang dunia politik.
Namun, orientasinya berubah ketika dia diajak turun ke lapangan menyaksikan sejumlah problematikan yang menimpa warga Ngawi. Mulai dari masalah kemiskinan, kerusakan lahan hutan dan sebagainya.
‘’Dari situ saya terdorong untuk bisa memperbaiki permasalahan itu dan merealisasikan apa yang jadi harapan warga,’’ terang bapak dua anak ini.
Setelah merasakan terjun di dunia politik dan menjabat sebagai wabup satu periode, Ony pun melanjutkan ke periode kedua. Dia mengaku sudah nyaman dengan keseharian sebagai pejabat publik.
Menurut dia, dengan amanah itu dapat melakukan banyak hal untuk membantuk orang lain. ‘’Semua itu berlangsung hingga sekarang. Jadi yang melatarbelakangi saya ke dunia politik sebenarnya bukan materi, tapi karena ingin membantu orang lain tadi,’’ ungkap pria kelahiran Ngawi 15 Desember 1979 ini.
Berbeda dengan Calon Wakil Bupati Ngawi Dwi Rianto “Antok” Jatmiko. Suami dari Ineke Dwi Astuti itu terlahir dari keluarga yang memiliki darah politik kental.
Ayahnya merupakan seorang politisi dan pengagum Bung Karno. Sejak PDIP dibentuk sekitar tahun 1998 lalu, Antok juga langsung masuk di dalamnya sebagai pengurus ranting Desa Semen, Paron.
‘’Hingga menjadi ketua DPC PDIP Ngawi sekarang,’’ ujar pria kelahiran Ngawi, 16 November 1971 ini.
Di pemerintahan, pengalaman bapak tiga anak ini tidak dapat diragukan lagi terutama pada lembaga legislatif.
Sudah 16 tahun Antok menjadi anggota DPRD Ngawi, 12 tahun di antaranya menjabat ketua dewan. Namun, menurut Antok berkecimpung di legislatif saja ternyata tidak cukup ruang mengabdikan diri untuk Ngawi.
‘’Selama menjadi anggota dewan kewenangan kami terbatas, berbeda dengan lembaga eksekutif,’’ ungkap Magister Hukum UNS tahun 2017 itu.
Di DPRD, Antok hanya mampu mengawasi, mengontrol dan ikut menyusun anggaran pemerintah daerah. Sedangkan di eksekutif, dia bisa menjadi eksekutor langsung dari semua kebijakan.
Meski demikian, Antok menyadari pengalamannya di eksekutif masih kurang. Sehingga perlu melakukan penyesuaian dulu. ‘’Prinsipnya, saat ini saya ingin membantu Mas Ony untuk merealisasikan apa yang menjadi visi dan misi untuk Ngawi kedepan,’’ ungkapnya. [jawa pos/noer]
Tinggalkan Balasan