Oleh : Afrizal

Desember ini ada gelaran pilkada yang mendebarkan, karena diadakan saat masa pandemi. Tanggal pelaksanaan pilkada sudah diundur namun nyatanya corona masih mengintai. Masyarakat diminta untuk makin waspada dan menaati protokol kesehatan saat pemilihan kepala daerah.

Pemilihan kepala daerah langsung (Pilkada) 2020 dilaksanakan dengan agak gemetar karena masih dihantui corona. Namun kita tak dapat menundanya lagi, karena akan mengacaukan jadwal administratif. Yang kita bisa adalah menaati protokol kesehatan, baik bagi pemilih maupun panitia. Agar semua selamat dan tidak terbentuk klaster corona baru.

Anggota Badan Pengawas Pemilu (Banwaslu) Mochammad Affifudin menyatakan bahwa kedisiplinan dalam menaati protokol kesehatan jadi satu-satunya pilihan untuk mensukeskan pilkada. Bahkan orang yang tak menaatinya akan ditolak untuk masuk ke gedung saat pemilu. Banwaslu dan panitia pilkada perlu bertindak tegas agar semua orang disiplin.
Panitia memegang peranan penting dalam suksesnya pilkada dengan protokol kesehatan.

Sebelum coblosan, ia harus memilih gedung yang lapang, agar pemilih tak berdesakan. Kursi juga wajib diberi jarak atau tanda X agar tidak ditempati. Di depan lokasi coblosan juga ada wadah cuci tangan dengan sabun antiseptik, bukan sabun biasa, agar hasilnya bersih maksimal.

Selain itu, menurut ketentuan KPU, panitia wajib mengenakan masker, face shield, dan sarung tangan sekali pakai. Ia juga dilarang keras menjabat tangan dengan siapapun. Juga wajib menjaga jarak minimal 1 meter. Sebaiknya konsumsi untuk panitia bukan kopi atau teh, cukup air mineral yang bisa dihisap dengan sedotan, jadi tak perlu melepas masker.

Ketika pelaksanaan pilkada, pemilih wajib pakai masker, bukan hanya face shield. Ia wajib mencuci tangan di tempat yang disediakan selama minimal 20 detik. Cuci tangannya juga dengan air mengalir dan sabun antiseptik, jadi tak boleh hanya dengan semprot hand sanitizer.

Karena cuc tangan lebih efektif membunuh kuman dan virus.
Saat akan masuk ke gedung pemilihan, masyarakat wajib diperiksa dengan thermo gun, sehingga dipastikan tubuhnya sehat dan tidak demam.

Di dalam lokasi jangan malah melepas masker, karena justru ada banyak orang di dalamnya. Sebaiknya hindari kontak fisik dan jangan mengobrol, walau dengan tetangga dekat, karena orang cenderung melepas masker saat berbicara.

Para pemilih juga sebaiknya bawa bolpen sendiri. Gunanya untuk menandatangani absensi dan mencoblos kertas suara. Sebelum mencoblos, ia diberi sarung tangan sekali pakai, dan setelahnya jari tangan cukup ditetesi tinta (bukan dicelup seperti dulu). Pastikan sarung tangan dirusak sebelum dibuang, agar nanti tak dipakai lagi oleh oknum yang menemukannya.

Protokol kesehatan yang ketat wajib dilakukan. Karena menurut Sonny Harry B, Ketua Bidang Perubahan Perilaku Tim Satgas Penanganan Covid-19, ada 11 wilayah yang beresiko tinggi yang menyelenggarakan Plkada. Sementara ada 180 daerah yang resikonya sedang. Ketika semua orang disiplin, maka tidak ada pembentukan klaster corona baru.

Masyarakat juga diminta untuk bekerja sama dan mendukung kinerja panitia. Karena kerja mereka jadi 2 kali lipat dan jauh lebih melelahkan, karena harus menyiapkan wadah cuci tangan, thermo gun, dll. Berjaga dan mengawasi pilkada dalam masa pandemi menguras fisik dan mental. Hargailah panitia dan taati protokol kesehatan. Demi keselamatan banyak orang.

Pandemi covid-19 tak membuat Pilkada jadi dtunda untuk kedua kalinya. Pilkada masih bisa dilaksanakan tapi dengan syarat harus mematuhi protokol kesehatan. Jangan lupa untuk pakai masker standar dan jangan pernah melepasnya dengan alasan gerah. Ingatlah bahwa saat ini masih masa pandemi. Jangan sampai terbentuk klaster corona baru setelah pilkada selesai.

 

Penulis adalah kontributor Gerakan Mahasiswa (Gema) Jakarta