Oleh : Zakaria
Rizieq Shihab kembali dipanggil lagi oleh Polda Metro Jaya, terkait dengan acara kerumunan yang ia selenggarakan. Pemanggilan dilakukan lagi karena sebelumnya ia selalu mangkir dengan alasan sakit. Polisi juga menegaskan bahwa pendukung sang habib tak boleh mengantarnya, karena melanggar protokol kesehatan.
Rizieq Shihab lagi-lagi jadi bahan pemberitaan. Tingkahnya yang membandel dan tak mau datang saat dipanggil polisi, membuatnya jadi pusat perhatian. Padahal pemanggilan itu karena ia berstatus sebagai saksi dari beberapa acara keramaian yang pernah dihadiri. Ia bukan berstatus tersangka, karena penyidikan baru dimulai.
Namun pendukungnya sudah panik duluan. Buktinya mereka berjaga di depan rumah, sampai di depan gang hunian sang habib, di kawasan Petamburan. Mereka takut Habb Rizieq akan dicokok oleh polisi. Bahkan ketika Habib menyatakan akan datang ke Polda, 7 desember mendatang, mereka juga siap untuk mengawal.
Kepolisian tentu sudah memprediksi akan ada kekacauan ketika massa pendukung Rizieq Shihab terus berkerumun. Oleh karena itu mereka dilarang keras untuk datang. Menurut Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Yusri Yunus, pelarangan ini karena jika ada kerumunan massa akan mengakibatkan penyebaran virus covid-19, karena ada klaster corona baru.
Kombes Yusri melanjutkan, jika Rizieq ingin didampingi maka jangan ajak semua pendukungnya, tapi cukup tim kuasa hukumnya. Namun jika ia memaksa maka polisi akan bertindak tegas dan membubarkan massa. Karena sekarang masih masa pandemi, sehingga rawan jika ada kerumunan.
Namun dari pihak pendukung Rizieq menyatakan hal yang bertolak belakang. Menurut Wasekjen alumni PA 212 yang jadi kawan akrab FPI, Novel Bamukmin, ia tak pernah mengajak siapapun untuk jadi pengawal Rizieq. Kalaupun ada kerumunan massa dan polisi menangkap, ia malah sesumbar bahwa tak ada penjara yang mampu menampungnya.
Pernyataan Novel sangat arogan karena ia menunjukkan banyaknya pendukung Rizieq Padahal tanggal 7 desember adalah hari kerja, sehingga tak mungkin ada massa seperti yang ia pamerkan. Kalaupun ada, pasti bakal dibubarkan oleh polisi. Fokusnya adalah pada pembubaran, bukan penangkapan, sehingga Novel sudah negative thinking duluan.
Selain itu, pendukung Rizieq sudah terlalu dibutakan cinta. Untuk apa mereka mengawal orang yang jelas bersalah? Siapapun yang melanggar protokol kesehatan pasti akan dipidanakan, karena melanggar peraturan. Jangan malah membela yang bersalah, karena akan mengaburkan arti kebenaran. Apa mau membebek kelakuannya yang selama ini tidak benar?
Rizieq dipanggil bukan karena ia dianggap musuh negara, namun karena nekat mengadakan acara dengan mengundang 10.000 orang. Jadi para pendukungnya harus paham akan hal ini. Jangan malah menyalahkan aparat, bahkan presiden. Karena peraturan tetaplah peraturan yang wajib ditaati.
Selain itu, kumpulan massa tentu mengkhawatirkan karena bisa membentuk klaster corona baru. Buktinya dari acara Rizieq di Petamburan dan Bogor, sudah ada 80 orang yang positif kena virus covid-19. Persis seperti yang diprediksi oleh para nakes dan ahli epidemiologi.
Jika sudah ada bukti yang tepampang nyata, mengapa para pendukung Rizieq masih saja akan membentuk kerumunan? Apakah mereka yakin bakal kebal corona, padahal belum ada vaksinasi massal? Jangan menganggap enteng dan berkata bahwa semua sudah pakai masker, karena bisa jadi banyak yang melepasnya saat orasi.
Pendukung Rizieq jangan terlalu fanatik, dan biarkan ia bertanggung jawab atas kesalahannya sendiri, serta mendatangi Polda Metro Jaya. Jika nekat mengawal maka pasti dibubarkan, dan jangan salahkan aparat karena mereka hanya menjalankan tugasnya. Ingatlah sekarang masih pandemi sehingga ketika ada kerumunan akan dilarang keras.
Penulis adalah Blogger di Jakarta
Tinggalkan Balasan