Oleh : Moses Waker
Lagi-lagi KKB meneror masyarakat Papua, dengan menembaki helikopter dan membakar pesawat. Kekejaman kelompok separatis membuat masyarakat makin geram. Mereka selalu membuat kekacauan dan ingin menggagalkan program pemerintah, termasuk otonomi khusus.
KKB adalah kelompok bersenjata yang berafiliasi pada OPM. Mereka ingin agar Papua lepas dari Indonesia, dan mendirikan Republik Federal Papua Barat. Untuk mendapatkan keinginannya, maka mereka melakukan apa saja, termasuk kekerasan, tindakan kriminal, sampai penembakan.
Tanggal 6 Januari 2021, Papua kembali menjadi headline, karena ada penembakan helikopter milik sebuah perusahaan tambang terkemuka.
Peristiwa ini terjadi di area Benangin, dekat Kampung Tsinga, Distrik Tembagapura, Kabupaten Mimika. Helikopter itu diberondong peluru oleh anggota KKB sekitar pukul 10 WIT. Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa ini.
Esoknya, KKB kembali berulah dengan membakar pesawat MAF PK-MAX, di Kampung Pagamba Kabupaten Intan Jaya, Papua. Kepala Humas Polda Papua Kombes Pol AM Kamal menyatakan bahwa peristiwa ini terjadi jam 9:30 WIT. Setelah pesawat mendarat, anggota KKB menembak ke atas, lalu pilot diminta untuk keluar sambil merunduk. Barulah mereka membakar burung besi itu dengan kejamnya.
Keda peristiwa keji ini, meski tak memakan korban jiwa, sangat mengusik masyarakat. Karena KKB sudah melakukan kekejaman selama bertahun-tahun. Kemudian, pembakaran terjadi setelah keputusan otonomi khusus dilanjutkan oleh pemerintah. Sehingga bisa diambil kesimpulan bahwa KKB tidak menyetujui perpanjangan otsus.
Memang Presiden Jokowi telah mengirim Surpres (Surat Presiden) ke DPR tentang pembahasan revisi RUU nomor 21 tahun 2001 tentang otonomi khusus. Kemudian DPR membahasnya dalam rapat paripurna penutupan masa sidang II 2020, tanggal 11 desember 2020. Lantas rapat akan diteruskan tanggal 10 januari 2021.
Jika beberapa hari sebelum rapat lanjutan DPR tentang evaluasi otsus ada penembakan dan pembakaran oleh KKB, maka mereka sudah fix tidak menyetujui program tersebut.
KKB dan OPM sudah benci kepada pemerintah selama berpuluh tahun, bahkan menganggap Indonesia sedang menjajah Papua. Padahal masyarakat Papua cinta NKRI dan tidak setuju akan tindakan KKB.
Aneh sekali jika KKB menganggap bahwa otsus merugikan, karena faktanya program ini memakmurkan masyarakat di Bumi Cendrawasih. Buktinya ada banyak infrastruktur yang dibangun, seperti jembatan Youtefa, Bandara Internasional Sentani, dan Jalan Trans Papua. Sehingga mobilitas makin mudah dan menekan biaya transportasi, serta menurunkan harga barang-barang.
Selain itu, program otsus juga memberi beasiswa kepada putra Papua untuk terus belajar hingga perguruan tinggi.
Sehingga tidak hanya infrastruktur yang dibangun, tapi juga sumber daya manusianya. Anak-anak Papua akan makin cerdas dan diberi kesempatan untuk membangun daerahnya sendiri. Bahkan gubernur dan wali kota harus asli warga Papua.
KKB menolak otsus karena benci akan segala program pemerintah.
Mereka tak berpikir bahwa jika anak-anak atau keponakannya mendapat beasiswa otsus, akan makin cerdas dan tak terperosok dalam kemiskinan. Ketika ada beasiswa, maka tidak ada remaja putus sekolah yang bisa digeret jadi kader muda otsus.
Selain itu, jika ada infrastruktur lagi yang dibangun, mereka takut akan merambah kawasan persembunyian mereka. Sehingga menyulitkan langkah untuk gerilya dan akan mudah tertangkap oleh aparat yang sedang patroli. KKB dan OPM akan mudah diberantas dan tidak ada lagi cerita tentang separatisme di Papua.
Pembakaran pesawat dan penembakan helikopter oleh KKB membuktikan teori bahwa mereka membenci program otonomi khusus. Karena peristiwa ini terjadi sebelum sidang lanjutan DPR untuk membahas evaluasi dan perpanjangan otsus. Pemerintah tak gentar atas ancaman mereka, karena otsus sangat baik untuk kemajuan masyarakat Papua.
Penulis adalah mahasiswa Papua tinggal di Gorontalo
Tinggalkan Balasan