Denpasar – Menyedihkan, begitu melimpah aset dimiliki Pura Desa Denpasar tapi untuk beli banten pujawali (persembahan upacara) saja harus berhutang. Dikonfirmasi ke pihak Bendahara akan kabar terjadi malah membenarkan rumor berkembang.
“Betul masih berhutang. Lagi sembilan juta enam ratus sembilan puluh lima ribu,” terang I Made Sudirta selaku Bendahara (Petengen) Pura Desa Lan (dan, red) Puseh Denpasar, Sabtu (06/02)
Terkait kas masuk diungkap sangat minim. Sementara harus ada setiap bulan pengeluaran digunakan untuk tukang sapu dan biaya air PDAM. “Sekarang kas cuma enam juta tujuh ratus enam belas. Kalau tidak salah,” rincinya.
Disinggung dana masuk dari hasil pengelolaan aset Pura Desa Denpasar, Sudirta mengaku tidak tahu ke mana. Ia menjelaskan dana diterima dari 25 titik aset baru terdata cuma Rp 418 juta. Itu pun diakui diterima di tahun 2018.
“Sekarang ini tidak ada. Uangnya ke mana kaden (gak tau kemana, red) itu. Terakhir 2018 cuma tercatat Rp 418 juta. Itu perinciannya sudah ada,” katanya
Lanjut Sudirta menjelaskan, untuk upacara dalam setahun dibutuhkan dana hingga mencapai Rp 560 juta lebih. “Pujawali dua kali, Sugihan Galungan, Kuningan dua kali, Tumpek Wariga sampai Tumpek Landep dua kali, Melasti sekali dan Nangluk Merana itu saja dalam setahun. Cuma saat Pujawali ada punia,” jelas Sudirta.
Dihubungi terpisah melalui pesan Whatsapp, Bendesa Adat Denpasar A.A. Rai Sudarma mengaku akan memanggil penua (ketua) dan penyarikan (sekretaris) hari senin depan. Terkait menangapi pertanyaan wartawan akan langkah apa dilakukan ke depan. Dan pertanyaan mengenai pertimbangan untuk melakukan audit ulang aset-aset Pura Desa Denpasar.
“Senin tiyang panggil Penua Penyarikan lan petengen akan hal tersebut di atas,” jawabnya singkat dalam pesan Whatsapp. (tim)