Bali – Akulturasi budaya Bali dan China menjadi salah satu keunikan dimiliki Bali selama ini. Akulturasi ini dikatakan potensial dikembangkan sebagai Pariwisata Diplomasi untuk merevitalisasi pariwisata, terlebih pasca terpuruk akibat dampak pandemi Covid-19.

Demikian diungkapkan Indonesia Director Tourism Confucius Institute (TCI) Udayana University, I Made Sendra di sela Webinar Internasional “Empowering Chinese Tourists for Tourism Revitalization in Bali” di Gedung Agrokomplek, Universitas Udayana, Jumat (26/2).

Pasar wisatawan China, ungkapnya lebih lanjut, begitu potensial bagi pariwisata Indonesia khususnya Bali dimana jumlahnya menduduki rangking pertama dalam kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Bali setiap tahunnya.

Namun demikian, menurutnya dibutuhkan satu upaya untuk mendorong mereka tetap memiliki keinginan kuat untuk datang ke Bali. Butuh satu upaya memulihkan pariwisata Bali seperti sedia kala, sebelum pandemi melanda.

“Pasar China yang begitu potensial untuk pariwisata Indonesia khususnya Bali, itu perlu kita encourage (dorong, red). Artinya, agar mereka tetap memiliki dorongan kuat datang berkunjung ke Bali. Itu salah satu tujuan Webinar ini,” ujarnya.

Bali dan beberapa provinsi di China sudah membangun hubungan Sister City. Bali dengan Provinsi Yunnan, Hainan, dan Jiangxi misalnya, dimana ada dua Universitas, Nanchang dan Nanchang Normal University yang telah bekerjasama dengan Universitas Udayana.

Artinya, sebut Made Sendra, Pemerintah China sendiri, telah melihat penting posisi Bali. “Sebagai contoh di Desa Ling Shui di Hainan ada dibuat Desa Wisata Bali. Jadi Pemerintah Cina sudah melihat pentingnya Bali sebagai wisata favorit masyarakatnya. Nah kenapa kita tidak ngeh dengan hal itu,” ujarnya.

“Jika pemerintah ingin mengembangkan pariwisata sebagai diplomasi kenapa kita tidak kita mengembagkan pariwisata diplomasi,” imbuhnya.

Selain itu, kajiannya di beberapa desa wisata; Desa Wisata Carangsari, Desa Wisata Baturiti, Desa Wisata Catur menemukan ada komunitas China, khususnya di Banjar Lampu Desa Catur. Komunitas China ini katanya, memiliki akulturasi budaya Bali-China yang sangat kental.

Desa akulturasi ini menurutnya salah satu potensial dikembangkan pemerintah sebagai daya tarik wisatawan China datang ke Bali.

“Itu juga fungsi kami meneliti, akan menjadikan salah satu Desa Wisata itu sebagai pilot projek yang nantinya dapat kita create (membuat) jadi pengembangan sebuah pariwisata yang saya sebut dengan pariwisata diplomasi,” paparnya.

Webinar ini sendiri diselenggarakan dalam rangkaian perayaan Imlek 2021. Melalui webinar ini juga, Made Sendra mengatakan, informasi hasil penelitian-penelitian yang telah dilakukan di-desiminasi (penyebaran informasi hasil penelitian) ke masyarakat terutama pasar China.