Oleh : Dodik Prasetyo

Vakinasi nasional menjadi fokus pemerintah pada tahun 2021. Program ini harus berhasil 100% agar segera terbentuk kekebalan kelompok, sehingga makin banyak yang bebas corona dan kita bebas dari fase pandemi.

Vaksinasi harus dilaksanakan dengan optimal dan secepat mungkin, agar semua rakyat Indonesia sehat.

Vaksinasi adalah proses memasukkan vaksin ke dalam tubuh manusia agar ia kebal terhadap penyakit tertentu.

Program vaksinasi nasional dilaksanakan di Indonesia sejak awal tahun 2021, dan orang yang pertama kali mendapatkannya adalah Presiden Jokowi. Jadi semua kalangan masyarakat bisa menontonnya dan melihat bahwa tidak ada efek negatif dari vaksinasi, sehingga meningkatkan kepercayaan terhadapnya.

Pemerintah berusaha optimal dalam melaksanakan program vaksinasi. Salah satu caranya adalah memperpendek antrean, karena permasalahan di Indonesia bukanlah kekurangan stok vaksin. Melainkan jumlah penduduk yang banyak (lebih dari 220 juta orang). Jika dikalkulasikan, maka vaksinasi nasional baru selesai 18 bulan setelah januari 2021.

Akan tetapi, Presiden Jokowi tidak mau menunggu selama itu, karena ingin pandemi segera berakhir dan kita bisa menggenjot perekonomian lagi. Akhirnya untuk mengatasi hal itu, dibuatlah jalur vaksinasi mandiri. Para pegawai bisa mendapatkan vaksin dan dikoordinir oleh kantor, jadi antrian makin pendek.

Karena mereka tak usah menunggu undangan vaksinasi di Puskesmas.
Walau dikoordinir kantor, tetapi masih dalam pengawasan Kementerian Kesehatan. Jadi dipastikan tidak ada kesalahan saat vaksinasi mandiri.

Semua prosedur mulai dari lokasi sampai tenaga kesehatan yang menyuntikkan, sudah diatur oleh Kemenkes. Vaksin didapatkan dari distributor Bio Farma dan pegawai tinggal menunggu giliran disuntik (biasanya di RS Swasta).

Untuk vaksinator alias tenaga medis yang menyuntikkan vaksin, wakil Menteri kesehatan Dokter Harbuwono menyatakan bahwa sudah ada 31.000 nakes yang disiapkan untuk program vaksinasi nasional di seluruh Indonesia.

Persiapan vaksinator sangat penting, karena tugas mereka maha penting, untuk menginjeksi vaksin dengan cepat dan aman. Sehingga dibutuhkan nakes yang profesional dalam bekerja.

Sementara untuk vaksinasi nasional, pemerintah sudah menyiapkan beberapa jenis vaksin. Yang pertama kali didatangkan adalah vaksin Sinovac dari RRC.

Vaksin ini sudah mendapatkan izin dari BPOM dan berstatus halal MUI, karena terbuat dari virus yang dilemahkan. Sehingga masyarakat terutama yang muslim tidak usah takut akan kehalalannya, walau ia berasal dari RRC.

Sementara vaksin lain yang juga datang stoknya adalah AstraZeneca. Vaksin ini berasal dari Inggris dan efikasinya malah lebih tinggi dari Sinovac, yakni lebih dari 70%. Vaksin AstraZeneca juga sudah berstatus halal, dan masyarakat diharap tidak usah takut saat divaksin. Juga tidak mempertanyakan apakah yang diinjeksi vaksin Sinovac atau AstraZeneca, karena sudah dijamin MUI.

Kehalalan vaksin memang jadi pertanyaan sebagian masyarakat. Namun jika sudah halal MUI, tentu tak usah diragukan. Karena sekarang adalah masa pandemi yang genting, sehingga vaksinasi adalah kewajiban.

Jangan hiraukan ocehan kaum anti vaksin yang ngotot bahwa vaksin itu bahaya atau haram, karena buktinya umat yang mau beribadah ke Mekkah disyaratkan oleh pemerintah Saudi, harus divaksin corona.

Setelah vaksinasi, maka masyarakat diharap jangan lalai. Tetaplah menjaga protokol kesehatan dan meningkatkan imunitas dengan makan 4 sehat 5 sempurna. Juga menjaga higienitas lingkungan dan tubuh. Vaksinasi memang meningkatkan kekebalan, tetapi kita tidak boleh mengabaikan protokol, agar tetap sehat.

Program vaksinasi nasional digarap dengan serius oleh pemerintah Indonesia. Sehingga semua WNI mendapatkan haknya untuk disuntik dan bisa bebas corona. Ketika semua orang sudah divaksin, maka herd immunity akan terbentuk dan kita bisa mengakhiri masa pandemi secepatnya.

Penulis adalah kontributor Lembaga Studi Informasi Strategis Indonesia (LSISI)