Pesona Sunset dari Tanah Pura Dalem Kelecung (ist)
Tabanan – Pantai Kelecung merupakan wisata pesisir pantai masih asri dan natural. Dengan ombak cukup tinggi serta memanjang. Selain menawan, tempat ini mulai dikenal memilki sunset dengan pesona surgawi. Dan juga sebagai pangkalan perahu tradisional nelayan lokal.
Sunset pantai ini memiliki satuan kecerahan warna pada tingkat kepadatan atmosfer sempurna. Menghasilkan degradasi cakrawala tak terhingga saat senja. Terlebih, pesona sunset dari pantai ini disuguhkan bayangan batu karang berlubang, seperti Gili menonjol ke laut pada sudut barat yang ada di Desa Antap. Sebuah tempat wisata tersembunyi yang ditata alam begitu ritmis dan padu.
Sayang, lokasi dijadikan tempat nongkrong pengunjung guna menyaksikan keindahan anugrah dewata ini belakangan diributkan. Tanah yang berada di bibir pantai selama ini dikelola warga adat mulai terusik. Muncul berbagai spekulasi narasi di luaran, bahwa lahan itu bukan milik desa adat.
Salah satu warga (penyanding dari tanah adat), Bandesa Adat Kelecung dan Prebekel Desa Tegal Mengkeb diadukan ke polisi oleh pihak lain. Disebut-sebut telah melakukan manipulasi administrasi sehingga badan pertanahan menerbitkan sertifikat atas nama Pura Dalem Desa Pakeraman Kelecung tahun 2017.
Mengetahui keadaan ini, warga adat yang polos dengan latar belakang petani dan nelayan menjadi resah. Mereka cemas dan tertekan lantaran dibenturkan dengan proses hukum. Padahal mereka tahu, tanah itu adalah milik adat dan diakui merupakan warisan dari pendahulu.
“Sunset dilihat dari lokasi tanah adat milik Pura Dalem Kelecung jadi salah satu momen selalu ditunggu. Sangat indah dan alami kata tamu saya. Sunset magnet tersendiri bagi sebagian orang. Terlebih pecinta fotografi dan tamu asing. Tidak heran jika ada pihak-pihak tertentu ingin menguasai tanah milik adat itu,” terang I Gede Windu Gangga seorang warga punya Travel Agent Prancis melalui pesan whatsapp, Sabtu (05/06/2021)
Gede Gangga menyayangkan, munculnya kasus ini membuat warga adat tidak tenang. Terlebih dikatakan kawasan Kelecung baru dilirik wisatawan. Sehingga diungkapkan mulai muncul villa-villa bagi tamu yang berkunjung. Bahkan saat ini ia katakan warga adat lagi menata kawasan in menjadi distinasi desa wisata desa berkelas.
“Sayang desa adat yang baru berkembang dan sedang menata lingkungannya guna kepentingan anak cucu harus mangalami masalah. Apa lagi tanah tersebut digunakan hanya untuk parkir oleh masyarakat. Mestinya semua pihak turun tangan membantu Desa Adat Kelecung,” imbuhnya.
Sebelumnya Bandesa Adat Pakeraman Kelecung I Ketut Siada yang akrab disapa Guru Kartika mengatakan, demi mempertahankan aset adat milik Pura Dalem Kelecung pihaknya mengaku siap dikorbankan alias jadi ‘caru’. Meyakini apa dilakukan sudah sesuai prosedur dan mendapat restu dari sesunan.
“Dari awal tiyang (saya) bersama krama adat punya tekad untuk tetap mempertahankan duwe (milik) Pura Dalem Kelecung. Tiang siap jadi caru (dikorbankan) untuk membela kepentingan warga adat,” tegas Guru Kartika dengan suara lirih.
Bandesa Adat Kelecung Guru Kartika menjelaskan, bahwa sebelum pihaknya menghadiri panggilan polisi mengaku sudah minta restu ke hadapan sesunan Pura Dalem.
“Tiyang meyakini beliau (Sesunan Pura Dalem-red) menyertai kami dalam perjuangan mempertahankan duwe Pura Dalam. Niki (ini) merupakan wujud bhakti kami ngayah tulus dan ikhlas sebagai warga Desa Adat Kelecung. Jiwa raga kami pertaruhkan demi milik beliau sudah ‘dipasopati’. Dan saat kami nunas pemargi (minta petunjuk jalan) Pak Prebekel juga ikut,” terangya penuh ketulusan. (tim)
Tinggalkan Balasan