NEW YORK-KEMPALAN: Petenis belia Inggris Emma Raducanu sukses mendefenisikan arti “Vini, Vidi, Vici” yang sebenarnya. Emma tidak perlu menunggu banyak merasakan pengalaman di Grand Slam.
Di AS Terbuka, Emma pun hanya berstatus sebagai debutan. Sebelum dia bisa sampai di Flushing Meadows, New York, petenis berusia 18 tahun itu pun hanya merasakan Grand Slam di turnamen Wimbledon, Juni lalu.
Tapi pada final Minggu pagi WIB (12/9) yang berlangsung 1 jam 51 menit, Emma sukses menyempurnakan dongengnya dalam AS Terbuka setelah mengalahkan sesama petenis belia Leylah Fernandez dengan 6-4 6-3. Hanya Emma yang bisa memenangi AS Terbuka dari babak kualifikasi.
Saking manisnya dongeng Emma, tak pernah sekalipun dia kehilangan set sepanjang dia bermain di AS Terbuka. Persis seperti yang pernah dilakukan Serena Williams dalam ajang itu di 2014. Bedanya, Serena sudah berpengalaman saat melakukannya.
Tidak seperti Emma yang batal pulang ke London lebih awal karena lolos semifinal, kini masuk dalam catatan sejarah tenis dunia. Emma bisa mencatatkan diri sebagai petenis termuda memenangi Grand Slam setelah Maria Sharapova di Wimbledon 2004.
’’Saya berharap, setelah ini saya bisa bermain dalam banyak turnamen, dan tentunya bisa mencapai banyak final, dan memenanginya seperti ini,’’ sebut petenis blasteran China-Rumania tersebut.
Dari didikan kedua orang tuanya itulah Emma pun bisa belajar tentang mentalitas. Faktor terbesar di balik suksesnya merajai AS Terbuka dengan usia belia dan berstatus debutan. Faktor itu yang membuatnya lebih tenang ketimbang saat di Wimbledon.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Apalagi ketika dia sempat mendapat cedera pada bagian bawah lutut kirinya. Emma pun sempat frustrasi dengan kondisi tersebut. Bayang-bayang kegagalan di Wimbledon karena sesak nafas pun menghampirinya. Tapi, dia bisa mengalahkan ketakutan itu dengan ketenangannya.
’’Saya pikir ketenangan dan kekuatan mental pasti berasal dari didikan mereka. Saya pun berpikir merekalah yang sudah menanamkan kepada diri saya sejak usia muda untuk mempunyai sikap positif di lapangan,’’ tutur Emma.
Semuanya itu menjadikan Emma sebagai petenis wanita terbaik di Inggris. Karena hanya dia petenis muda dan jadi termuda di Inggris yang pernah menjuarai Grand Slam. Selain itu, dia pun mengakhiri 53 tahun penantian petenis wanita Inggris memenangi AS Terbuka.
Terakhir, Virginia Wade yang melakukannya pada edisi 1968. ’’Dia (Wade) ikon Inggris, dan mengikuti jejak mereka sudah memberiku kepercayaan diri bahwa saya bisa memenanginya (AS Terbuka),’’ sambung Emma.
Dengan memenangi AS Terbuka, maka Emma pun berhak membawa pulang hadiah uang tunai sebesar 2,5 juta Dollar AS, atau senilai dengan Rp 35,6 miliar. Selain itu, peringkatnya di WTA pun bisa melejit ke posisi 23 dunia. (BBC Sports, The Guardian, Yunita Mega Pratiwi)