Surabaya – Peringatan Hari Pangan sedunia, menjadi penting. Pasalnya, sebagai Negara yang memiliki lahan produktif terbesar di Asia Tenggara dan nomor 3 di Asia yang luasnya 70 juta hektar, Indonesia tidak boleh mengalami kesulitan Pangan.
Demikian hal itu disampaikan Politisi Partai Gerindra Bambang Haryo Soekartono dalam momentum Hari Pangan Sedunia yang dirayakan pada 16 oktober setiap tahunnya. Dikatakan anggota DPR-RI periode 2014-2019, harusnya 11 komoditas yang diatur undang – undang baik pangan maupun perdagangan dan diatur dalam PP 71 tahun 2015, Pemerintah harus menjamin ketersediaan pangan, terutama komoditas beras harus cukup, harga murah dan kualitas baik serta bisa didapat oleh masyarakat saat ini.
“Ironis, Indonesia kesulitan beras sehingga harga beras didapat masyarakat dengan harga yang sangat tinggi mencapai sekitar 12.000,- hingga 16.000,- rupiah. Dan harga komoditas lainnya, minyak gorengpun tergolong mahal, harga minyak goreng kualitas rendah sebesar 14.000,- dan kualitas premium sebesar 18.000,- hingga 23.000,- rupiah, begitu juga komoditas lainnya tergolong mahal di Asia Tenggara” Kata Bambang Haryo, Senin (16/10.
Di Indonesia, kata pemilik sapaan akrab BHS, tingkat kesuburan lahan produktif dan non produktif paling tertinggi di dunia karena banyaknya gunung berapi yang memberikan kesuburan dari abu vulkanik.
“Demikian juga air, curah hujan terbesar nomor 3 dunia, juga sumber airnya nomor 5 yang terbesar di dunia. Dan dari sektor pangan pada jaman penjajahan Belanda, Belanda bisa mendapatkan kekayaan sebesar 123 ribu triliun hanya dari sektor pangan yang didapat dari Indonesia dan dijual ke Mancanegara” Imbuh BHS
Saat saya berada di Malaysia, lanjut BHS, harga beras premium di Penang plosok negara Malaysia sebesar 2,6 ringgit setara dengan 9.100 rupiah perkilogran sedangkan minyak goreng berkualitas hanya sebesar 2,50 ringgit setara dengan 8.750 rupiah perliter. Juga harga gula berkualitas di Malaysia sebesar 2 ringgit 85 sen atau setara dengan 9.975 rupiah sedangkan di Indonesia harga gula mencapai 16.900 rupiah perkilogram.
“Padahal lahan produktif di Malaysia hanya sebesar 648 ribu hektar. Dan bahkan di era penjajahan, kita pernah menjadi negara pengekspor gula yang terbesar dunia setelah Kuba dan bahkan hingga saat pemerintahan kabinet orde baru Pak Harto-pun, kita masih mengekspor beras dan gula ke Negara Malaysia, termasuk kebun kelapa sawit kita luasnya terluas di dunia sebesar 16,38 juta hektar sedangkan Malaysia hanya 3,7 juta hektar, Vietnam hanya 650 hektar dan Thailand hanya 810 ribu hektar tetapi kenapa harga minyak goreng ke 3 negara tersebut jauh lebih murah dari Indonesia dan bahkan hingga 50% lebih murah dari harga yang ada di Indonesia” Imbuh BHS
Ketiga komoditas tersebut, sambung Alumnus ITS Surabaya ini, sangat di atur dan dijaga oleh pemerintah agar tidak membebani kehidupan di masyarakat dan diseimbangkan dengan kecukupannya biaya produksi dari dunia pertanian. Dan ketiga negara tersebut bahkan berusaha menjadi negara berswasembada pangan seperti misalnya Malaysia saat ini menjadi penghasil gula yang cukup besar sebesar 3juta ton tiap tahun dan bahkan mengekspor ke Indonesia.
“Diharapkan pemerintah bisa serius menangani pangan di Indonesia dan mendorong sumber daya manusia pertanian dan perkebunan agar terus eksis dan dibantu menyelesaikan semua permasalahan yang membebani biaya biaya produksi mereka dan mengangkat derajat serta harga diri dari sumber daya pertanian dan perkebunan serta memberikan insentif yang cukup kepada mereka”Tutup BHS.
Tinggalkan Balasan