Malaka, NTT, deliknews – Pada tahun 2017- 2018, harga gabah padi yang dijualkan oleh petani senilai Rp. 2.000 – 2.500/kg . Kemudian tahun 2019- 2021 harga gabah pada padi kering siap giling, harga Rp. 3000 – 3.500/kg.
Dan pada tahun 2021 – 2023 dimasa kepemimpinan Bupati Malaka, Dr. Simon Nahak, SH. MH, harga gabah padi kering siap giling Rp. 5.500/kg hingga saat ini. Oleh karena itu, apakah harga gabah padi kering siap giling tahun 2025 mendatang masih tetap standar pada Rp. 5.500/ kg yang ditimbang kembali oleh pihak offtaker UD. Moris Diak Malaka, Nusa Tenggara Timur.
tentunya, tidak lagi Rp. 5.500/kg. Karena pertanggal 23 Agustus 2024, telah dilakukan penimbangan hasil gabah kering siap giling sudah tercapai Rp. 6000/kg.
Bupati Malaka, Dr. Simon Nahak, SH. MH, mengatakan dihadapan warga Manumuti kto leon, Kecamatan Malaka Tengah, bahwa sebelum masa kepemimpinannya, ditahun 2017 – 2018, harga gabah padi kering siap giling itu, Rp. 2000 -2.500/kg. Dan tahun 2019 – 2021, gabah padi kering siap giling, Rp. 3. 000 – 3.500/kg.
Oleh karena dinilai harga gabah padi kering siap giling hanya Rp. 3. 000 – 3.500, maka para petani tidak akan hidup. Karena, penjualan hasil para petani tidak siknifikan. Dengan demikian upaya untuk meningkatkan harga gabah kering siap giling tercapai Rp. 5. 500/ kg.
Tujuan meningkatkan harga gabah padi kering siap giling senilai Rp. 5.500/kg itu, untuk mendorong atau memotivasi warga untuk giat berkerja, karena ada kepastian pemasaran. Sehingga, para warga petani tidak merasahkan namanya rawan pangan, juga meningkatkan ekonomi masyarakat. Kendati Bupati Simon demikian.
Lanjut Bupati Simon, peninkatan harga pangan padi kering siap giling tersebut, sesuai dengan program ” SAKTI” . Didalam program “SAKTI”, ada nama- Nya swasembada pengan. Lantas program unggulan swasembada pangan tidak didorong dengan pemasaran hasil petani, tentunya kita selaku warga petani kurang semangat dalam pekerja.
Kenapa kita selaku petani kurang semangat kerja? Bahkan tidak punya niat kerja ekstra. Sebab, hasil kita dijual dengan harga yang sangat relatif murah, karena minimnya ketersedian pasarannya. Dalam hal ini, tidak ada pemasarannya. Imbuhnya.
Pada hal; Mulai dari mengolah lahan hingga panen, tentunya dibutuhkan fasilitas penunjang. Seperti BBM, pupuk dan obat – obatan. Walaupun sudah ada penunjang dari pihak pemerintah seperti hand tracktor, Pupuk dan Obat semprot melalui kelompak tani. Namun BBM tentunya ditanggung oleh warga para petani.
Selain BBM, tentunya ada faktor lain yang dialami oleh warga petani yang membutuhkan sehubungan dengan uang. Seperti sewah orang menanam dan lain sebagainya. Jadi kalau harga gabah padi petani dinaikan dari Rp. 3. 500/kg ke harga Rp. 5. 500/kg, tentunya warga petani mempunyai niat untuk kerja ekstra. Karena warga tidak kewalahan untuk memasarkan hasil tani.(Dami Atok)
Tinggalkan Balasan