Malaka, NTT, deliknews – Mantan Bupati Malaka, periode 2016 – 2021 kala itu, bukan memberikan kehidupan terhadap warga petani lahan basah, tapi mematikan  warga masyarakat tapi merusak saluran irigasi Weliman melalui normalisasi pada tahun 2017 silam.

Sebelum normalisasi saluran irigasi Weliman, warga petani lahan basah tidak pernah mengalami kekurangan air untuk persawahan. Tetapi setelah di lakukan normalisasi saluran irigasi, warga selalu meresahkan air pada saat mengolah lahan hingga penanaman. Jadi, normalisasi saluran irigasi Weliman itu, bukan menghidupkan warga. Tapi, mamatikan petani lahan basah.

Herman Seran, menyatakan normalisasi saluran irigasi sumber mata air Weliman pada tahun 2017 silam yang dilakukan oleh mantan Bupati Malaka, periode 2016 – 2021 itu, bagian dari pengrusakan.

Normalisasi saluran irigasi Weliman, dikatakan pengrusakan dan mematikan warga petani lahan basah karana dulunya saluran Irigasi Weliman ada namanya empang (TAHAK). walupun empang (TAHAK) yang dibuat warga secara manual, tetapi air bisa memenuhi kebutuhan warga karena pengaliran air berkecukupan. Sebut Herman Seran, di Maktihan dalam tenda Kampanye Paket (SN – FBN), Rabu (23/10/2024)

” Sebelum normalisasi saluran irigasi Weliman, warga desa Mota Ulun, Naas dan Maktihan tidak pernah mengalami keresahan terhadap air untuk mengalir ke sawah. Jadi, patut dipikirkan saluran irigasi Weliman direnovasi kembali dengan membangun Empang (TAHAK) agar Air dari saluran Irigasi Weliman bisa naik areal persawahan para petani.

jikalau tidak ada Empang (TAHAK), tentunya air dari sumber mata air Weliman mengalir secara bebas ke hilir sampai dilaut, maka air tersebut tidak digunakan dan dimanfaat oleh warga Petani,” imbuhnya.

Pada tempat yang sama, salah satu petani, “Bria Aman” membenarkan bahwa mulai dari normalisasi saluran irigasi Weliman hingga saat ini para petani selalu mengeluhkan air pada saat mengolah lahan hingga penanaman.

Lebih mirisnya, pada saat musim tanam kedua (MT 2), banyak warga tidak mengolah lahan. Kerena pada MT2 itu, pas musim kering atau musim kemerau. Sehingga, air tidak naik sama sekali ke lahan perswahan karena galian saluran irigasi Weliman itu sangat dalam dan kebar maka kita tidak bisa bendung dengan namanya TAHAK (empang). Kedati demikian.

” Kami para petani di Desa Maktihan pada umumnya petani lahan basah. Dan kalau saluran Irigasi Weliman tidak di rehap, maka warga tetap mengalami gagal panen karena terdampak dari kekurangan air pada lahan,” pungkaanya. (Dami Atok)