Semarang – Anggota Komisi VII DPR RI dari Fraksi Gerindra, Bambang Haryo Soekartono, mengapresiasi langkah pemerintah mengembalikan status Bandara Ahmad Yani, Semarang, sebagai bandara internasional. Menurutnya, keputusan ini tepat mengingat besarnya potensi Jawa Tengah di berbagai sektor.
“Semarang adalah ibu kota Provinsi Jawa Tengah, yang memiliki potensi besar, baik di sektor industri maupun pariwisata. Letaknya sangat strategis untuk mendukung industri lokal dan internasional,” ujar pemilik sapaan akrab BHS dalam keterangannya, Senin (28/4)
BHS menjelaskan, posisi geografis Jawa Tengah di tengah Pulau Jawa menjadikannya magnet bagi investasi industri. Kawasan industri di Batang dan wilayah lain di provinsi ini banyak diminati investor asing, terutama karena upah minimum regional (UMR) yang relatif rendah, berkisar Rp2,2 juta hingga Rp3,4 juta, dengan rata-rata Rp2,5 juta.
Selain itu, ia menyoroti pentingnya dukungan infrastruktur transportasi untuk menopang aktivitas industri dan perdagangan. Pelabuhan Tanjung Mas di Semarang, misalnya, menangani hampir 2 juta kontainer internasional dan 1,5–2 juta kontainer domestik setiap tahun. “Pertumbuhan kontainer internasional tinggi. Bandara internasional dibutuhkan untuk menunjang mobilitas cepat para pelaku usaha,” tegas Bambang.
Dari sisi pariwisata, lanjut Bambang, Jawa Tengah memiliki banyak destinasi unggulan yang menarik wisatawan mancanegara, seperti Candi Borobudur di Magelang dan kawasan pegunungan Dieng di Wonosobo. Ia menyebutkan, sejak zaman kolonial, Jawa Tengah telah menjadi tujuan utama orang asing karena udara sejuk, pemandangan alam, dan kekayaan budaya, termasuk budaya Kejawen.
“Budaya di Jawa Tengah ini bahkan lebih beragam dibandingkan Bali,” katanya.
Bambang juga menyinggung fasilitas Bandara Ahmad Yani yang sudah diperbesar dan ditingkatkan setara standar internasional pada era pemerintahan Presiden Joko Widodo, termasuk dua garbarata yang mampu melayani pesawat berbadan lebar seperti Airbus A330 dan Boeing 747.
“Bandara ini memang sudah disiapkan untuk skala internasional. Penurunan status sebelumnya justru membuang-buang anggaran yang sudah diinvestasikan,” kritiknya.
Selain itu, Pelabuhan Tanjung Mas kini rutin menerima kunjungan kapal pesiar 3-4 kali per bulan. Bambang menilai, akses udara internasional penting bagi wisatawan yang turun dari kapal pesiar agar dapat melanjutkan perjalanan udara langsung dari Semarang tanpa harus ke Jakarta.
Ia optimistis, kembalinya status internasional Bandara Ahmad Yani akan mendorong industri pariwisata menciptakan paket-paket wisata baru dan meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara.
“Borobudur saat ini hanya mampu menarik sekitar 160 ribu turis per tahun. Sementara Patung Little Mermaid di Denmark bisa mendatangkan 1–2 juta turis. Diharapkan dengan status internasional ini, jumlah kunjungan wisatawan ke Jawa Tengah bisa meningkat signifikan,” pungkas Bambang.