Lombok Barat — Anggota DPR RI Bambang Haryo Soekartono (BHS) mengecam keras tindakan pemotongan pohon-pohon tua di kawasan Taman Narmada, Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat (NTB). Ia menilai tindakan tersebut sebagai bentuk perusakan terhadap warisan budaya dan sejarah bangsa.

Dalam kunjungannya ke Taman Narmada pada Kamis (1/5), BHS menyatakan keprihatinannya atas hilangnya pohon-pohon berusia ratusan tahun yang menjadi bagian dari identitas taman tersebut.

“Taman Narmada ini adalah situs sejarah yang luar biasa. Kalau sampai ada pohon bersejarah dipotong, itu sama saja merusak warisan budaya,” tegas BHS.

Politisi yang juga dikenal sebagai pegiat pariwisata itu secara khusus menyoroti pemotongan pohon kamboja dan beringin yang diperkirakan telah berumur lebih dari 300 tahun. Ia menilai, tindakan ini mencerminkan kurangnya kepedulian terhadap lingkungan dan kelestarian nilai historis taman.

“Bayangkan, tamu-tamu mancanegara juga sangat menyesalkan hal ini,” tambahnya.

Taman Narmada dibangun pada tahun 1727 oleh Raja Anak Agung Ngurah Karangasem sebagai miniatur dari Gunung Rinjani dan Danau Segara Anak. Taman ini memiliki nilai spiritual dan budaya yang tinggi, serta menjadi lokasi upacara keagamaan dan tradisi lokal masyarakat setempat.

Menurut BHS, pemotongan pohon di kawasan ini tidak hanya merusak estetika dan kesejukan taman, tetapi juga menghilangkan daya tarik utamanya sebagai destinasi wisata berbasis sejarah dan alam.

“Beberapa turis kapal pesiar bahkan kecewa melihat pohon-pohon ikonik dipotong. Mereka datang untuk menikmati nuansa alami dan historis, bukan yang artifisial,” katanya.

Lebih lanjut, BHS menyinggung rendahnya angka kunjungan wisatawan mancanegara ke Lombok, yang menurutnya belum sebanding dengan potensi alam dan budaya yang dimiliki daerah tersebut. Ia membandingkan angka kunjungan itu dengan Pulau Penang di Malaysia.

“Kita punya alam dan budaya yang jauh lebih kaya, tapi hanya dikunjungi sekitar 450 ribu turis asing per tahun. Ini perlu dievaluasi serius,” ujarnya.


Sebagai solusi, BHS mengusulkan agar pemerintah daerah menambah atraksi budaya di kawasan Taman Narmada, seperti pertunjukan tari tradisional, pementasan cerita rakyat, hingga pembangunan amphiteater seni yang menampilkan pertunjukan khas seperti tari Kecak di Uluwatu, Bali.

Ia menekankan pentingnya pengembangan kawasan wisata yang tetap menjaga keseimbangan antara pelestarian sejarah dan peningkatan daya tarik wisata.

“Pengembangan pariwisata tidak boleh mengorbankan nilai sejarah dan ekologi kawasan. Taman Narmada harus tetap lestari agar bisa diwariskan ke generasi mendatang,” pungkasnya.