Ambon – Anggota Komisi VII DPR RI Bambang Haryo Soekartono melakukan kunjungan kerja ke Pelabuhan Ambon, Provinsi Maluku, guna meninjau langsung fasilitas terminal multipurpose container, terminal penumpang, dan terminal curah.
Dalam kunjungan tersebut, pemilik sapaan akrab BHS ini didampingi oleh Kepala KSOP Klas 1 Ambon Capt Mochamad Abduh, Kepala Dinas Perhubungan Provinsi Maluku Mohammad Malawat, dan Zahlan, General Manager Pelindo Ambon.
Pelabuhan Ambon memiliki panjang dermaga sekitar 680 meter, yang terbagi menjadi dua bagian utama: terminal penumpang sepanjang 340 meter dan terminal peti kemas. Kapasitas terminal peti kemas tersebut mencapai sekitar 400 ribu TEUs, sementara volume peti kemas yang saat ini dilayani berkisar 110 ribu TEUs per tahun.
“Masih ada kapasitas yang cukup besar untuk menampung peti kemas keluar-masuk dari dan ke Pelabuhan Ambon,” ujar Bambang Haryo, Rabu (11/06).
Ia mencatat bahwa pertumbuhan peti kemas di pelabuhan ini mencapai rata-rata 5% setiap tahun. Dengan proyeksi tersebut, kapasitas eksisting dinilai masih mampu digunakan hingga 30 tahun ke depan.
Namun demikian, Kapoksi Komisi VII DPR-RI ini menyoroti adanya kendala teknis di lapangan, khususnya dalam proses pengeluaran kontainer. Kontainer berukuran 40 feet hanya bisa dibongkar di pelabuhan karena keterbatasan infrastruktur dan alat angkut di sisi darat. Sementara itu, kontainer berukuran 25 feet masih dapat dikeluarkan, namun dalam jumlah terbatas akibat minimnya konektivitas dan fasilitas pendukung di jalur distribusi darat.
“Hal ini menyebabkan biaya logistik tambahan bagi pemilik barang dan juga bagi Pelindo. Perlu ada solusi konkret dari Pemerintah Provinsi agar tercipta konektivitas antarmoda di sisi darat,” jelasnya.
BHS juga mengapresiasi wacana pembangunan Maluku Integrated Port yang diinisiasi oleh Gubernur Maluku. Menurutnya, pelabuhan terintegrasi dengan kawasan industri akan menjadi langkah strategis untuk efisiensi logistik, percepatan distribusi barang, serta peningkatan keamanan distribusi.
“Jika ini benar-benar direalisasikan, akan sangat bagus. Pelabuhan tidak hanya menjadi tempat bongkar muat, tapi menjadi pusat ekonomi terintegrasi,” ujarnya.
Terkait terminal penumpang, BHS menyoroti kapasitas yang sudah overload. Terminal yang hanya mampu menampung 2.000 orang kini sering melayani penumpang di atas kapasitas tersebut.
Untuk itu, Ia mengapresiasi langkah Pelindo yang menggunakan anggaran internal sebesar Rp20 Milyar dalam melakukan renovasi dan perluasan terminal penumpang. Hal ini penting mengingat tingginya mobilitas penumpang transit yang menghubungkan kapal penumpang dari Jawa dengan kapal fider tujuan wilayah-wilayah lain di Maluku.
“Jika perlu, bangun juga fasilitas penginapan di sekitar pelabuhan agar penumpang yang transit tidak mengalami kesulitan,” tutupnya.