SIDOARJO – Kunjungan kerja Anggota Komisi VII DPR RI, Bambang Haryo Soekartono (BHS), ke Pasar Wadungasri, Kecamatan Waru, Kamis pagi (18/6), menjadi momentum penting bagi pedagang kecil yang mendambakan perubahan nyata. Tidak hanya menyapa dan mendengar keluhan, politisi Gerindra ini turut berbelanja langsung di sejumlah kios sebagai bentuk dukungan nyata terhadap pelaku UMKM.

Kehadiran BHS disambut hangat para pedagang. Antusiasme tampak dari interaksi langsung yang terjalin antara legislator dan pedagang pasar tradisional. Salah satunya, Muhadi, pedagang sembako yang merasa terharu atas perhatian yang diberikan.

“Pak Bambang bukan hanya datang melihat-lihat, tapi juga membeli barang dagangan kami. Itu yang membuat kami merasa benar-benar diperhatikan,” ujar Muhadi.

Namun di balik kehangatan tersebut, para pedagang menyimpan keresahan yang tak kunjung usai: banjir musiman yang kerap merendam kawasan pasar saat hujan deras. Genangan air setinggi lutut tak hanya mengganggu aktivitas perdagangan, tetapi juga mempercepat kerusakan infrastruktur pasar.

“Sudah bertahun-tahun seperti ini. Setiap hujan deras, pasti banjir,” keluh Muhadi, yang berharap masalah ini segera diatasi secara serius oleh pemerintah.

Menanggapi keluhan tersebut, Bambang Haryo menegaskan pentingnya perhatian terhadap pasar tradisional sebagai tulang punggung ekonomi rakyat. Ia menilai kondisi Pasar Wadungasri masih jauh dari standar ideal, baik dari sisi kenyamanan maupun fasilitas penunjang.

“Pasar ini bukan hanya tempat belanja kelas bawah. Banyak masyarakat menengah juga datang. Kalau dikelola dengan baik, bisa menjadi pusat ekonomi yang kuat,” tegasnya.

BHS menyarankan perbaikan menyeluruh di berbagai aspek, mulai dari sanitasi, penerangan, pengecatan, hingga penataan kios agar lebih tertib dan menarik. Ia juga menyuarakan pentingnya mengadopsi standar nasional dalam pengelolaan pasar.

“Pasar ini layak ditingkatkan menjadi pasar SNI, seperti yang kami dorong sebelumnya di Pasar Sukodono. Bahkan bisa dibuat ruang layanan medis dan kantor pengelola di lantai atas. Ini akan meningkatkan kepercayaan publik,” ujarnya.

Terkait banjir, BHS mengapresiasi langkah awal pemerintah daerah yang telah memasang pompa air, namun menilai itu belum cukup sebagai solusi jangka panjang.

“Pompa hanya solusi sementara. Kita butuh rekayasa drainase yang lebih komprehensif agar banjir tidak terus menerus menjadi masalah tahunan,” kata BHS.

Pasar Wadungasri saat ini memiliki 547 unit kios, namun hanya sekitar 352 yang masih aktif beroperasi. Sebagian besar kios pakaian terpaksa tutup karena minimnya pembeli—sebuah kondisi yang makin memprihatinkan jika tidak segera ditangani.

BHS berharap pemerintah daerah dan pengelola pasar tidak hanya fokus pada aspek fisik, tetapi juga strategi pemberdayaan pedagang agar perputaran ekonomi di pasar rakyat tetap hidup dan berkelanjutan.

“Revitalisasi bukan hanya soal bangunan, tapi juga soal semangat ekonomi rakyat yang harus dijaga,” pungkasnya.