Malang – Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) Jawa Timur memanfaatkan gelaran Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) IX Jawa Timur 2025 sebagai momentum strategis untuk menjaring pesilat berbakat yang akan dipersiapkan menghadapi Pekan Olahraga Nasional (PON) 2028.

Ketua Umum IPSI Jawa Timur, Bambang Haryo Soekartono, menyampaikan bahwa Porprov tidak hanya menjadi ajang kompetisi, tetapi juga sarana seleksi awal bagi atlet yang menunjukkan potensi menonjol.

“Porprov ini kami jadikan ajang pencarian bibit unggul. Atlet yang memiliki kemampuan dan mental kuat akan kami pantau dan siapkan menuju PON,” ujar Bambang usai membuka pertandingan pencak silat di Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim, Kota Malang, Senin (30/6/2025).

Sebanyak 515 pesilat dari 36 kabupaten dan kota di Jawa Timur ambil bagian dalam kejuaraan tersebut. Jumlah itu disebut Bambang cukup menjanjikan untuk mendukung proses regenerasi atlet silat di tingkat provinsi.

Meski belum menyebutkan jumlah pasti atlet yang akan direkrut ke dalam program pemusatan latihan daerah (Puslatda), Bambang menegaskan bahwa proses seleksi akan dilakukan secara ketat dan berdasarkan performa selama Porprov berlangsung.

“Siapa pun yang lolos akan kami bawa ke tahap lanjutan. Tidak harus banyak, tapi yang benar-benar layak dan siap bersaing di level nasional,” ucap anggota Komisi VII DPR RI tersebut.

Menurut Bambang, pembinaan atlet sejak usia dini menjadi salah satu fokus utama IPSI Jatim. Dengan latihan intensif dan pendampingan jangka panjang, diharapkan pesilat muda mampu berkembang menjadi atlet profesional yang berprestasi di tingkat nasional maupun internasional.

“Pembinaan berkelanjutan adalah kunci. Kami ingin atlet-atlet silat ini tidak hanya kuat di gelanggang, tetapi juga memiliki masa depan cerah,” ujarnya.

Selain menyoroti aspek teknis dan prestasi, Bambang juga menekankan pentingnya pembentukan karakter dan etika di luar arena. Ia meminta para atlet untuk menjaga sikap, tidak menyalahgunakan kemampuan bela diri, serta menjauhi tindakan yang berpotensi melanggar hukum.

“Saya sudah ingatkan, jangan pernah menyalahgunakan kemampuan silat. Jangan memukul orang sembarangan. Itu bisa berujung pada persoalan hukum dan merusak masa depan kalian sendiri,” tegasnya.

Bambang berharap, ajang Porprov tidak hanya melahirkan juara, tetapi juga generasi pesilat yang disiplin, rendah hati, dan menjunjung tinggi nilai-nilai luhur olahraga pencak silat.