Sidoarjo – Dalam rangkaian agenda resesnya, Anggota Komisi VII DPR RI Bambang Haryo Soekartono (BHS) kembali menegaskan komitmennya terhadap kesejahteraan masyarakat pesisir, khususnya nelayan tradisional. Bertempat di Desa Bluru Kidul, Kecamatan Sidoarjo, Sabtu (2/8/2025), BHS menyalurkan bantuan dua unit mesin kapal bagi nelayan setempat.
Dalam dialog bersama kelompok nelayan, politisi Partai Gerindra itu menyoroti kondisi armada yang mulai uzur dan tidak lagi efisien. Menurutnya, pembaruan alat tangkap dan mesin kapal menjadi kebutuhan mendesak agar nelayan dapat melaut dengan lebih aman dan produktif.
“Sudah sejak lama saya menyampaikan bahwa setiap masa reses akan kami manfaatkan untuk menyalurkan bantuan riil. Di Sidoarjo, kami prioritaskan dua mesin setiap kunjungan. Ini bagian dari perjuangan kami di DPR,” ujar Bambang Haryo.
Tak hanya Sidoarjo, ia menyebut wilayah pesisir lain seperti Surabaya juga masuk dalam perhatiannya, mengingat sektor kelautan menjadi tumpuan ekonomi lokal yang penting.
Selain bantuan, BHS juga memberikan dukungan atas rencana pelaksanaan tradisi nyadran laut atau tasyakuran yang akan digelar nelayan Bluru Kidul pada 21 September mendatang. Tradisi tersebut dinilainya memiliki nilai spiritual dan sosial yang tinggi serta berpotensi dikembangkan sebagai atraksi wisata budaya.
“Nyadran laut bukan sekadar tradisi, tapi juga bentuk doa dan syukur masyarakat nelayan. Kalau dikemas dengan baik, ini bisa menjadi bagian dari daya tarik wisata bahari kita,” tambahnya.
Acara nyadran yang akan datang dijadwalkan menampilkan berbagai kesenian rakyat, seperti jaran kepang, wayang kulit, dan pengajian akbar. Dukungan terhadap kegiatan ini disambut positif oleh warga, terutama para penerima bantuan.
“Pak Bambang ini sangat peduli. Bantuan mesinnya sangat kami butuhkan. Anak saya yang melaut bisa lebih tenang sekarang,” kata seorang warga penerima bantuan.
BHS berharap, pemerintah daerah dapat mendorong nyadran laut masuk ke dalam kalender pariwisata resmi Kabupaten Sidoarjo dan Provinsi Jawa Timur sebagai bentuk pengakuan terhadap kearifan lokal sekaligus penggerak ekonomi komunitas nelayan.