SURABAYA — Anggota Komisi VII DPR RI, Ir. H. Bambang Haryo Soekartono, M.I.Pol (BHS), memberikan apresiasi kepada pemerintah atas kebijakan tidak menaikkan tarif cukai rokok pada tahun ini. Ia menilai keputusan tersebut tepat karena menjaga keseimbangan antara penerimaan negara dan daya beli masyarakat, sekaligus menekan peredaran rokok ilegal yang merugikan negara.

“Kami sangat mengapresiasi keputusan Menteri Keuangan yang tidak menaikkan cukai rokok. Kalau dinaikkan terus setiap tahun, dampaknya berat bagi masyarakat kecil dan bisa memicu lonjakan rokok ilegal,” ujar BHS saat melakukan kunjungan ke pabrik PT HM Sampoerna Tbk di Rungkut, Surabaya, Rabu (15/10/2025).

Menurut legislator asal Jawa Timur itu, industri rokok selama ini menjadi salah satu penopang utama penerimaan negara. Dari sektor cukai saja, negara memperoleh sekitar Rp218 triliun per tahun, dan jika ditambah dengan pajak lainnya, kontribusinya mencapai lebih dari Rp250 triliun.

“Pendapatan dari cukai rokok bahkan melampaui sektor migas. Ini sektor yang strategis, jangan diremehkan,” tegasnya di hadapan ratusan karyawan Sampoerna.

Selain kontribusi fiskal, BHS juga menyoroti besarnya dampak sosial dan ekonomi industri tembakau. Ia menyebut sekitar enam juta orang menggantungkan hidupnya pada sektor ini — mulai dari pekerja pabrik, petani tembakau, pedagang, hingga pelaku UMKM.

“Dari 67 juta UMKM di Indonesia, sekitar 30 juta di antaranya punya keterkaitan langsung atau tidak langsung dengan industri rokok,” jelasnya.

BHS juga mendorong pemerintah memperkuat swasembada tembakau agar Indonesia kembali menjadi produsen utama di dunia seperti pada masa lampau. Ia menegaskan bahwa industri rokok merupakan salah satu sektor dengan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) tertinggi.

“Semua bahan bakunya lokal — tembakau, cengkeh, dan tenaga kerjanya juga dari dalam negeri. Ini industri dengan TKDN 100 persen,” ujar politisi Gerindra tersebut.

Sebagai contoh, BHS menyebut Kabupaten Kediri yang memiliki pendapatan per kapita tinggi di Jawa Timur berkat keberadaan industri rokok. Menurutnya, hal itu menjadi bukti nyata bagaimana sektor tembakau mampu menggerakkan ekonomi daerah.

Kunjungan BHS ke pabrik Sampoerna diakhiri dengan dialog bersama manajemen dan karyawan. Dalam pertemuan itu, ia membahas masa depan industri tembakau di tengah tantangan global dan arah kebijakan fiskal nasional yang terus berkembang.