Sidoarjo – Tragedi menimpa Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny di Desa Buduran, Kecamatan Buduran, Sidoarjo. Sebuah bangunan musala di kompleks pesantren tersebut ambruk saat digunakan puluhan santri untuk salat Ashar berjamaah, Senin (29/9/2025) sore.
Peristiwa terjadi sekitar pukul 15.00 WIB ketika proses pembangunan musala tengah memasuki tahap pengecoran lantai atas. Diduga konstruksi tidak kuat menahan beban tambahan, hingga bangunan runtuh seketika.
Akibat kejadian ini, 1 santri meninggal dunia dan sedikitnya 88 orang lainnya mengalami luka-luka. Korban luka sebagian besar mengalami patah tulang, cedera kepala, dan luka sobek akibat tertimpa reruntuhan.
Para korban langsung dilarikan ke sejumlah rumah sakit di Sidoarjo. RSUD R.T. Notopuro menerima 38 korban, RS Delta Surya merawat 6 orang, sementara RS Siti Hajar menampung 45 orang lainnya. Seorang santri bahkan harus menjalani amputasi akibat luka parah di lengan.
Proses evakuasi dilakukan menggunakan 19 unit ambulans serta alat berat untuk menyingkirkan puing bangunan. Tim Inafis Polda Jawa Timur sudah turun melakukan olah TKP guna memastikan penyebab pasti ambruknya musala.
Ketua RT setempat menyebutkan bahwa pembangunan sudah berlangsung hampir 10 bulan. Pengasuh Ponpes, KH Abdul Salam Mujib, mengonfirmasi bahwa lantai paling atas sedang dicor saat musala roboh.
Bupati Sidoarjo, Subandi, menegaskan proses pencarian dan evakuasi dilakukan hingga tuntas serta meminta pengawasan ketat terhadap pembangunan gedung keagamaan. Sementara itu, Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, memastikan seluruh biaya pengobatan korban ditanggung pemerintah.
Tragedi ini memunculkan pertanyaan soal kualitas konstruksi dan izin pembangunan di lingkungan pondok pesantren. Pemerintah daerah diminta lebih tegas dalam mengawasi standar bangunan untuk mencegah peristiwa serupa terulang.