Semarang — Kapasitas terminal peti kemas di Pelabuhan Tanjung Emas, Semarang, dilaporkan hampir jenuh dengan tingkat keterisian mencapai 900 ribu TEUs dari total kapasitas 1,1 juta TEUs. Kondisi tersebut dinilai rawan menimbulkan kepadatan jika tidak segera diantisipasi.
Anggota Komisi VII DPR RI, Bambang Haryo Soekartono, saat meninjau pelabuhan pada Jumat (26/9/2025) mengingatkan bahwa pertumbuhan arus logistik di Jawa Tengah adalah yang tertinggi di Indonesia, mencapai 15 persen per tahun. Angka ini jauh melampaui Jakarta yang hanya sekitar 6 persen, Surabaya 5–6 persen, dan Makassar 4–5 persen.
“Saya cek langsung, kapasitas crane, dermaga, hingga penumpukan kontainer di sini sudah mendekati overload. Kalau tidak segera diperluas, bisa terjadi kepadatan serius,” ujarnya di depan ruang Integrated Planning & Control Pelabuhan Tanjung Emas.
Menurutnya, lonjakan tersebut sejalan dengan tren relokasi industri dari Jawa Timur maupun kawasan Jabodetabek ke Jawa Tengah. Hal itu otomatis meningkatkan ketergantungan pada fasilitas Pelabuhan Tanjung Emas.
Bambang mendesak PT Pelindo dan otoritas terkait segera menyiapkan langkah antisipasi, mulai dari memperbesar lapangan penumpukan kontainer hingga memperluas dermaga. Sebagai strategi jangka menengah 5–8 tahun, kapasitas pelabuhan disebut perlu ditingkatkan secara signifikan.
Selain itu, ia menilai penting adanya pelabuhan alternatif. Beberapa opsi yang bisa dikaji kembali adalah pembangunan pelabuhan baru di Pati atau memaksimalkan Pelabuhan Batang sebagai pendukung aktivitas logistik.
“Hati-hati, di Tanjung Emas ini sering terjadi rob. Begitu banjir rob datang, aktivitas pelabuhan bisa stagnan dan itu merusak citra kita. Karena itu perlu pelabuhan alternatif yang bisa menopang,” tegasnya.