Badung – Pernyataan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Badung dalam kondisi sekarang menyatakan siap dalam pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) dinilai I Wayan Disel Astawa sebagai keputusan penuh nuansa kepentingan politik.
Bagaimana tidak, dalam kondisi pandemi Covid-19 masih banyak warga belum terbantu dan di tengah Badung mengalami defisit malah disinyalir mendahulukan kepentingan dana pilkada. Sebelumnya dari Rp 274 miliar anggaran sudah refocusing dikabarkan anggota DPRD dari Partai Gerindra ini hanya terealisasi setengah terkesan tersendat dengan berbagai alasan.
“Sepanjang sejarah baru sekarang Badung alami defisit Rp 3,4 triliun. Akibat tata kelola keuangan dan penggunaan anggaran terlalu ‘semau gue’. Bahkan pegawai cendrung takut kehilangan jabatan sehingga lebih banyak bungkam alias ‘caket’. Faktanya, pendapatan tidak pernah tercapai target. Artinya, kurang profesional dan tidak terukurnya seorang pimpinan,” terang Disel Astawa, Senin (8/6)
Menurut Disel, dalam penyusunan target belanja masih jauh lebih baik pimpinan pada era A.A Ratmadi dan A.A. Gede Agung. Dikatakan, di akhir masa jabatan mereka ini masih menyisakan dana saving penuh dalam perencanaan tata kelola keuangan pemerintah.
“Sedangkan uang Pilkada Rp 55 miliar ada dan sudah keluar hampir sekitar 80 persen. Intinya, di sini kan terlihat, Pemkab lebih mementingkan Pilkada dari pada hidup masyarakatnya susah lantaran corona. Sementara anggaran Covid-19 hasil refocusing anggota dewan sebesar Rp 274 miliar malah baru sebagian terserap artinya, terlihat ini seperti diperlambat sistem pencairannya,” ungkapnya.
“Jadi inilah yang harus dibuka secara transparan. Apalagi dibilang ada tahap 1 tahap 2, tahap 3, jadi ini sebenarnya kepentingannya apa ? Apakah orang sakit dan orang lapar cukup diberi penjelasan tahapan. Apakah jangan-jangan tahap 3, tahap 4 ini baru keluar nanti menjelang Pilkada, biar bisa mendulang suara.”
“Sementara masyarakat sudah kehilangan mata pencaharian mulai dari Maret. Jadi saya tegaskan, Ini bukan bicara takut atau berani, tapi ini bicara soal layak atau tidak Pilkada di tengah kondisi Covid-19 seperti saat ini. Sementara perut masyarakat lapar,” tegas Disel Astawa.