Sumbar – Gunung Marapi yang berada di Kabupaten Agam dan Tanah Datar, Sumatera Barat meletus pada Minggu, (3/12/2023). Karena itu, 75 pendaki tersesat di dalam gunung itu.
Tim SAR Gabungan langsung bergerak pasca kejadian tersebut untuk mencari dan mengevakuasi korban. Sampai detik ini, sebanyak 11 pendaki tewas akibat erupsi.
Tim SAR gabungan berhasil mengevakuasi tiga dari 11 pendaki yang ditemukan tewas di Gunung Marapi pada Senin (4/12/2023). Proses pencarian oleh tim SAR gabungan ini sempat dihentikan terlebih dahulu lantaran terjadi erupsi susulan.
“Terima info dari Posko Lapangan bahwa tiga korban dari 11 korban yang MD telah berhasil dievakuasi ke posko lapangan,” demikian keterangan dari Kantor SAR Kota Padang.
Usai dievakuasi, jenazah ketiga pendaki tersebut dibawa ke RSUD Dr. Achmad Muchtar.
Hingga Senin kemarin, tim SAR gabungan masih berupaya mencari keberadaan 12 pendaki lainnya yang hilang.
Kantor SAR Kota Padang menyebut pencarian terhadap 12 pendaki tersebut akan kembali dilanjutkan pada Selasa ini.
Selain itu, tim SAR gabungan berhasil mengevakuasi tiga pendaki yang ditemukan dalam keadaan selamat. Ketiganya langsung dibawa ke rumah sakit untuk mendapat perawatan.
Kantor SAR Kota Padang turut mengungkapkan dua korban selamat di antaranya adalah Muhamad Rido dan Muhammad Arbi.
Balai Konservasi Sumber Daya Alam BKSDA Sumatera Barat saat ini menutup jalur pendakian ke Gunung Marapi. Informasi soal penutupan jalur pendakian Gunung Marapi itu diunggah di akun Instagram @bksda_sumbar.
“Pendakian TWA Gunung Marapi untuk Sementara Ditutup Sampai Waktu yang Belum Ditentukan,” demikian keterangan dalam unggahan tersebut.
Dalam unggahan itu juga disampaikan informasi bahwa bagi para pendaki yang sudah memesan tanggal perjalanan diminta untuk menjadwalkan ulang pendakian.
Polda Sumbar menyiapkan Posko Disaster Victim Identification (DVI) di posko evakuasi Marapi Batu Palano untuk mengidentifikasi korban pendaki Gunung Marapi yang dinyatakan meninggal dunia.
“Posko DVI dipusatkan untuk mengidentifikasi jenazah. Kemungkinan adanya jenazah yang rusak bisa diidentifikasi agar saat penyerahan jenazah tidak salah orang,” kata Kasub Bidang Kedokteran Kepolisian (Biddokpol) Polda Sumbar, Eka Purnama Sari, di Batu Palano Agam.
Pihak keluarga pendaki bisa langsung mendatangi posko tersebut untuk memberikan data antemortem yang dibutuhkan untuk keperluan identifikasi. Eka menuturkan proses pencocokan data bisa berlangsung dalam satu hari jika semua data antemortem dipenuhi.
Nantinya, data antemortem yang dikumpulkan yakni sampel DNA, pencocokan data identitas KTP, ijazah, foto, atau properti korban sebelum melakukan pendakian Gunung Marapi.
“Saat ini sudah 20 orang lebih yang memberikan laporannya. Terdiri dari beragam latar belakang baik keluarga inti, kerabat, atau rekan satu kampus,” tutur dia.
Para petani yang berada di sekitar lereng Gunung Marapi tetap melakukan aktivitas. Padahal, pemerintah desa setempat telah memberikan larangan beraktivitas di sekitar gunung sementara waktu.
“Kami sudah memberikan peringatan dan imbauan larangan kepada warga Batu Palano yang 90 persen dari 3.000 warga adalah petani. Tapi sebagian kecil masih beraktivitas,” kata Kepala Desa Batu Palano Darizal, Senin.
Menurut Darizal, warga di sekitar lereng gunung telah terbiasa dengan embusan abu vulkanik walaupun erupsi yang terjadi akhir pekan lalu memiliki intensitas yang lebih besar.
“Di awal erupsi, memang sebagian besar langsung berhenti berladang karena adanya suara gemuruh yang cukup besar, namun tidak berapa lama mereka kembali bekerja seperti biasa,” katanya.
Tinggalkan Balasan