Jakarta – Partai Gerindra terbuka jika PKB memang ingin menduetkan Ketum Gerindra Prabowo Subianto dan Ketum PKB Muhaimin Iskandar atau Cak Imin pada 2024 terkait pernyataan salah satu cucu pendiri NU KH Hasyim Asy’ari, KH Irfan Yusuf Hakim atau Gus Irfan, yang berbicara ‘prediksi’ Abdurrahman Wahid atau Gus Dur soal Prabowo akan jadi presiden di hari tua. Meski begitu, Gerindra memberi syarat bahwa siapa pun pasangannya, Prabowo akan tetap menjadi capres 2024.

Hal tersebut disampaikan Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Habiburokhman. Dia menyampaikan prinsip Partai Gerindra bahwa siapa pun koalisi Gerindra, Prabowo-lah yang akan jadi capres.

“Bagi kami, prinsipnya, Pak Prabowo yang akan maju sebagai capres. Jadi, dengan siapa pun kami berkoalisi, capresnya ya beliau,” kata Habiburokhman ketika ditanya pendapat soal duet dengan Cak Imin, Jumat (6/5/).

Meski memberi syarat demikian, Habiburokhman memastikan pihaknya tetap menjaga komunikasi dengan semua partai politik terkait pasangan cawapres Prabowo pada 2024. Komunikasi itu, kata dia, juga termasuk dengan PKB, yang dinilai sebagai salah satu kekuatan politik di Indonesia.

“Soal cawapres, kami menjaga komunikasi yang baik dengan semua parpol, termasuk PKB dan banyak tokoh, termasuk Gus Muhaimin. Kami menghormati mereka sebagai salah satu kekuatan politik penting di Indonesia saat ini,” ucapnya.

Kardus Durian

Kasus ‘kardus durian’ adalah kasus korupsi Percepatan Pembangunan Infrastruktur Daerah Transmigrasi (PPIDT) di Papua pada 2011. Kasus ini melibatkan Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Kemenakertrans) yang saat itu dipimpin oleh Muhaimin Iskandar. Kasus ini juga melibatkan PT Alam Jaya Papua sebagai pihak swasta.

KPK ketika itu melakukan tangkap tangan pada 25 Agustus 2011 dan meringkus dua anak buah Cak Imin. Mereka adalah Sekretaris Direktorat Jenderal Pembinaan Pengembangan Kawasan Transmigrasi I Nyoman Suisnaya dan bekas Kepala Bagian Perencanaan dan Evaluasi Program Kemenakertrans Dadong Irbarelawan