Denpasar – “Hotel kini sudah megap-megap. Kekuatan kami di jajaran hotel hanya sampai Juni. Kalau tidak bisa beroperasi awal Juli, kami sudah tak mampu lagi bertahan,” kata Ramia Adnyana, GM Sovereign Hotel dan Wakil Ketua Indonesian Hotel General Manager Association (IHGMA) di Tuban Bali, Senin (25/5)
Semua butuh solusi, ketegasan pemimpin berani cepat tepat mungkin ini diperlukan masyarakat saat pandemi. Bagaimana tidak, Covid-19 benar-benar menghabisi pelaku industri pariwisata, khususnya usaha hotel bergantung pada kunjungan wisatawan. Dan, hingga saat ini, meski tidak beroperasi, dikabarkan semua hotel di Bali tetap menanggung beban pengeluaran cukup tinggi, mencapai kisaran 45 persen.
“Apalagi kalau ini berlanjut sampai Oktober sebagaimana disampaikan dari Kemenparekraf (Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif). Jika tak ada talangan dari pemerintah, giliran hotel akan mati,” tegas Ramia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Didampingi K. Swabawa dan sejumlah pengurus IHGMA, Ramia berharap pemerintah dapat segera membuat kebijakan agar hotel bisa bergerak secepatnya. Bali menurutnya, sudah siap dengan jalan berdamai dengan Covid-19 atau sering disebut-sebut New Normal.
“Kita tidak masalah menjalankan new normal. Tinggal penambahan standar Covid-19 sesuai ketentuan WHO (World Health Organization). Hotel sudah siap sekarang dan menunggu timeline nya saja (garis waktu/ penjadwalan) yang sampai sekarang belum ada,” singgungnya.
Diungkap bahwa potensi turis domestik sangat besar, meski penularan lokal cukup tinggi. Dengan standar diberlakukan diyakinkan bisa diantisipasi. Demikian pula untuk turis mancanegara dikatakan sangat menginginkan berwisata ke Bali. Ramia mencontohkan, sekitar 300-an wisatawan Ukraina masih betah di Bali.
“New Normal ini kan bagi dunia pariwisata adalah pariwisata dengan kualitas yang baru. Yakni pariwisata dengan disiplin pada standar keamanan dan kesehatan yang ketat. Potensi wisatawan domestik maupun antusiasme wisatawan mancanegara masih cukup tinggi,” jelas Ramia.