Sidoarjo – Anggota Dewan Pakar  Partai Gerindra Bambang Haryo Soekartono, menggelar upacara peringatan hari ulang tahun (HUT) Kemerdekaan Republik Indonesia ke 77 tahun di Media Center BHS Jalan Diponegoro, Sidoarjo, Rabu (17/8)

Bertindak sebagai inspektur Upacara, Bambang Haryo dan diikuti sejumlah relawan dan pedukung, serta PAC Partai Gerindra, Himpunan Nelayan, Petani, Pengemudi Ojek Online dan Pengemudi Becak.

Usai upacara, Bambang Haryo menjumpai tim relawan dan pedukungnya, lalu bersama-sama mengangkat bendera diiringi lagu hari merdeka.

Kepada para wartawan, Anggota DPR-RI periode 2014-2019 ini menjelaskan mengenai makna dibalik amanat dalam upacara soal adil dan Makmur. Menurutnya, Keadilan dan kemakmuran masih jauh daripada harapan masyarakat, Negara kita yang kaya dan gemah Ripah loh jinawi ini, dapat menghidupi seluruh rakyatnya.

“Harusnya petani dan nelayan bisa sejahtera, di negara-negara lain mereka bisa makmur karena memberikan kontribusi ekonomi luar biasa”Kata BHS.

Saat ini kata BHS, Petani dan Nelayan masih dipersulit dari sisi bahan bakar, termasuk pupuk dan lain-lain. Katanya, kita ingin swasembada pangan, ternyata obat-obatan untuk hama kesulitan mereka (Petani ), termasuk air yang menjadi pokok daripada pertanian mereka  juga masih kesulitan. Ucap BHS

“Jadi ini jelas tidak ada keadilan. Apalagi masalah kemakmuran, kalau kita hitung yang sebenarnya kemiskinan yang ada di Indonesia luar biasa besar, banyak sekali yang bergaji UMR, tapi tidak bisa untuk hidup. Ternyata kehidupan yang ada di Indonesia ini sangat mahal”Kata BHS.

Bambang Haryo bersama para relawan

Sambungnya, pendidikan Mahal, pangan Mahal. Listrik kita di Indonesia jadi yang termahal di dunia, listrik Indonesia dikatakan 11 sen, listrik di jepang dikatakan 26-29 sen tapi begitu tagihan akhir, jepang bisa 75 persennya daripada listrik dengan watt yang sama ternyata tagihannya jauh lebih besar, jadi rupanya tarif di Indonesia sangat-sangatlah  mahal.

“Kalau begini terus, masyarakat tidak bisa makmur. Jadi adil dan makmur masih belum, ini yang menjadi cita-cita, kebutulan yang ada di Pancasila seperti itu, keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Tutur BHS

Masalah Nasionalisme, kata BHS melanjutkan, Untuk menjadi merdeka tidak mudah, 350 tahun kita dijajah bangsa lain. Itu bagaimana caranya untuk merdeka susahnya setengah mati. Dulu, kita rayakan sangat semarak dengan antusias, tapi sekarang masang bendera saja, di jalan Majapahit saya sudah masang sekitar 30 lebih bendera.

“Jadi, himbauan dari Pemerintah kabupaten ini penting, begitu dia tidak pasang bendera langsung ditegur. Seorang warga negara yang baik dalam keadaan negara ini Ulang tahun atau Independence Day, kita harus merayakan”

Kemarin, di Taman makam pahlawan, kata penerima penghargaan Honoris Mentions dari Fakultas Teknologi Kelautan (FTK)  ITS Surabaya ini,  tidak ada umbul-umbul, saya pasangkan disana supaya semarak.

“Alhamdulillah kita sudah pasang setidaknya ada 300-400 bendera di kawasan perumahan warga dengan tujuan untuk membangkitkan semangat Nasionalisme dan ini harus ditumbuhkan di wilayah Sidoarjo. Kemudian, salam merdeka atau pekik merdeka harusnya dibudayakan, Salam Merdeka harus menjadi budaya”Tutup BHS.