Bali – Proyek pemeliharaan Jalan Lintas Nasional Denpasar Gilimanuk dikerjakan dengan tambal sulam dinilai dipaksakan. Pasalnya, selain dikerjakan pada malam hari, pengaspalan juga dilakukan saat turun hujan. Keadaan ini membuat beberapa pengendara melintasi jalur ini meragukan kualitas struktur kekuatan aspal.

Made Rena (47) asal Melaya, yang biasa lintasi jalur ini mengirim kelapa muda ke Denpasar mengaku kecewa dengan rekanan proyek. Katanya, pengerjaan tambal sulam dilakukan terkesan dipaksakan dan asal-asalan.

“Jangan karena demi meraup keuntungan, pengerjaannya dilakukan asal jadi, ”ujarnya, Senin kemarin.

Hal senada juga disampikan seorang warga asal Rambut Siwi namanya tidak ingin disebutkan. Menurutnya, disaat ada curah hujan pengerjaan pengaspalan sangat tidak diperkenankan.

Sebab, akan mempengaruhi struktur kekuatan aspal ke depan. Namun, dikatakannya itu terjadi pada pengerjaan pemeliharaan jalan lintas Denpasar Gilimanuk.

“Saya melihat jelas, selain pengerjaannya pada malam hari dan musim hujan, jalan diaspal tambal sulam juga tidak dibersihkan terlebih dahulu seperti layaknya Standar Operasional Pekerjaan (SOP) pengaspalan pada umumnya,” ujarnya.

Dari pantauan media ini apa yang dikeluhkan warga beralasan. Pasalnya, ketika awak media melintasi jalur ini dihari sabtu pekan lalu, melihat keadaan yang sama. Persisnya, di jalur Desa Pengeragoan masuk perbatasan Kabupaten Jembrana dan Tabanan.
Terlihat ada alat berat dan dam truk melakukan kegiatan pengaspalan. Meski ada genangan air, hamparan aspal tetap ditabur dengan kondisi cuaca hujan sekira pukul 20.45 Wita.