Surabaya – Jalan Dinoyo, Surabaya diganti menjadi jalan Soekarwo Gubernur Jatim sebagai langlah protes rencana pegantian jalan di dua kawasan.

“Ada dua topik yang mesti kita cermati, yang pertama kata Bung Karno, jasmerah (jangan melupakan sejarah) dan kedua jangan menghapus sejarah. Surabaya ini memiliki catatan-catatan yang muncul dari bawah. Memori kolektif dari arus bawah akan terangkat jika memunculkan nama Dinoyo, Jagalan, Kepatihan, bahkan Kembang Jepun,” kata Fredi.

Menurut salah seorang pemerhati sejarah dan budaya ini, sebelum menjadi Jalan Dinoyo, jalan itu dimiliki oleh orang Arab. Jalan itu akhirnya berkembang sekitar tahun 1850-an dan mempunyai nama Dinoyo. Sayang Freddy belum tahu arti dari kata Dinoyo.

“Bahkan orang Belanda dulu tidak pernah menganti nama jalan lama dengan nama baru. Belanda hanya membuat jalan-jalan baru dengan nama-nama baru pula,” kata Freddy.

Mengapa Belanda tak mau mengganti nama jalan lama, karena Belanda sangat menghargai spirit of place, kekuatan lokal. Kearifan lokal menjadi semangat suatu jalan. “Jadi jalan bukan sekadar nama, tapi merupakan spirit (semangat),” ujarnya