Padang, – Bantuan Sapi Pemprov Sumbar bertubuh kurus terus menjadi sorotan dan perbincangan, terlebih setelah pernyataan Juru Bicara (Jubir) Pemprov, Jasman Rizal, yang menyebut Sapi gemuk sulit untuk hamil. Ternyata menurut profesor yang ahli bidang peternakan tidak demikian.
Guru Besar (Gubes) Fakultas Peternakan Universitas Andalas (Unand) Unand Prof. Dr. Ir. Khasrad, S.Si, M.Si menyebut Sapi yang baik untuk indukan atau pembibitan adalah bertubuh sedang, dan yang bertubuh gemuk belum tentu sulit hamil.
Hal ini disampaikan Khasrad saat dimintai pendapat oleh deliknews.com terkait Sapi indukan, Kamis (30/12/21). Menurutnya, kalau untuk penggemukan baru yang sebagusnya Sapi bertubuh kurus.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Kalau untuk penggemukan bakalannya boleh kurus, tetapi sehat. Sehingga kalau diberikan pakan yang bagus pertumbuhannya akan lebih cepat”, jelasnya.
Soal Sapi gemuk dianggap sulit hamil menurutnya belum tentu, sebab untuk indukan tergantung kesuburan ternak.
Baca juga: Jubir Pemprov Sumbar Sebut Sapi Gemuk Sulit Hamil
Sementara menurut Jubir Pemprov Sumbar, Jasman Rizal, adanya anggapan Sapi yang kurus tidak berkualitas, sebaliknya Sapi yang gemuk akan sulit hamil.
“Adanya anggapan bahwa sapi yang diserahkan adalah sapi yang tidak berkualitas karena kurus, dapat dijelaskan bahwa sapi yang baik untuk calon indukan memang sebaiknya tidak gemuk karena akan sulit hamil,” jelas Jasman dilansir dari antaranews
Dikatakan Jasman pengadaan Sapi oleh Pemprov Sumbar telah sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang berlaku, sesuai spesifikasinya dan dilaksanakan melalui lelang terbuka.
Dinas Peternakan dan Keswan Sumbar hanya menyiapkan spesifikasinya sesuai kebutuhan. Pengadaan itu juga bukan dimaksudkan untuk beli sapi bibit, tetapi sapi untuk dibudidayakan.
Spesifikasi sapi bantuan itu adalah sapi lokal untuk menjadi indukan. Bisa sapi Bali, sapi Madura, sapi Pesisir ataupun sapi PO. Tinggi minimal 110 cm, umur maksimal i3 atau giginya sudah tumbuh tiga pasang, dan bunting atau tidak bunting. Khusus yang bunting diperiksa dengan USG. Sementara persyaratan tentang beratnya tidak ada, karena dibeli sapi betina untuk pengembangbiakan, bukan sapi jantan untuk penggemukan. Yang penting sapinya sehat dan mau makan.
Selain itu akibat proses pengiriman sapi, serta adanya perbedaan iklim dan perlakuan bisa membuat penyusutan bobot sapi. Disitulah kemudian tugas kelompok untuk merawatnya dengan baik hingga bobotnya bisa kembali normal, sehat, birahi, kawin lalu bunting dan melahirkan.
Terkadang, dalam proses pengiriman ternak, misalnya dari pulau Jawa, juga bisa terjadi penyusutan berat badan ternak. Hal ini bisa dikarenakan stress dan atau perbedaan iklim.
Masih penjelasan Jasman, sebelum dikirim ke kelompok masyarakat penerima, ternak itu dikarantina dulu selama 7 (tujuh) hari di “holding ground” lalu dilanjutkan lagi dengan perawatan oleh kelompok dan yang terpenting, Dinas Peternakan dan Keswan memberi garansi jika selama seminggu setelah diserahkan sapinya mati, akan diganti oleh penyedia.
Baca juga: Bantuan Ternak dari Pemprov Sumbar Diduga Gagal Perencanaan
Ditolak Warga, Ternyata Bebek Bantuan Pemprov Sumbar Belum Cukup Umur
Untuk diketahui, Gubernur Sumbar Mahyeldi juga telah dikonfirmasi pada (28/12/21) terkait bantuan ternak dari Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan yang tidak dilengkapi dengan bantuan kandang, obat – obatan dan vitamin sebagaimana perencanaan awal, sehingga tidak tertutup kemungkinan ini menjadi penyebab bantuan ternak Pemprov Sumbar banyak yang mati setelah diterima masyarakat seperti ternak Bebek.
Gubernur Sumbar Mahyeldi belum menanggapi konfirmasi terkait persoalan tersebut, hingga berita ini ditayangkan.
(Darlin)